Senin, 14 November 2011

KENAPA RAGU MEMINTA KEPADA TUHAN?


       Hati Gunawan gundah-gulana. Tak enak makan tak enak tidur. Apapun yang ia kerjakan,  selalu berujung resah.  Dalam benaknya hanya terpikir Nadia, sang kekasih yang kini menghilang entah  kemana.
       Maka di penghujung malam, saat sunyi benar-benar menyelimuti bumi, Gunawan menumpahkan semua rasa hatinya. Dalam tangis di hadapan Tuhannya.
     “Ya Tuhanku…, lindungilah Nadia dimanapun ia berada. Limpahkanlah dia kemudahan dan kebahagiaan…. Tapi aku juga sangat ingin melupakannya,” pinta Gunwan dengan lelehan air mata.
     “He Gunawan, kamu sudah gila, ya?!” tegur Tuhan mendengar permintaan yang bertolak belakang itu.
     “Tidak, Tuhan. Aku tidak gila,” jawab Gunawan yakin.
     “Kalau tidak gila, kenapa kamu meminta untuk bisa melupakan orang yang kamu cintai?”
      “Aku menginginkan yang terbaik untuknya, tapi aku juga menginginkan yang terbaik untukku”
     “Wah! Pikiran kamu benar-benar sudah ngaco!” tegur Tuhan lagi, “ Kalau kamu menginginkan yang terbaik  untukmu, kenapa kamu tidak meminta Nadia kembali kepadamu. Bukankkah kamu sangat mencintainya ?”
     “Ya benar, Tuhanku,  aku mencintai Nadia lebih dari apapun, tapi aku juga sadar bahwa aku punya keterbatasan untuk bisa membuatnya bahagia.”
     Tuhan geleng-geleng kepala,  “Jadi, kamu ingin melupakan Nadia karena kamu merasa tidak sanggup memberikan yang terbaik untuknya?”
     “Ya benar seperti itulah kira-kira….”
     “Kok kira-kira? Berarti kamu gak yakin sama permintaanmu sendiri dong?”
     Gunawan terdiam. Setelah berpikir sejenak, ia berkata, “Lha sekarang enaknya gimana, Tuhanku?”
     Tuhan tertawa, “Kamu ini mewakili kebodohan manusia. Kamu adalah manusia tolol yang tidak menyadari keadaan dirimu sendiri!.”
     “Lho Tuhan, kok aku malah dikatain tolol?  Emang ada yang salah dengan permintaanku?” sambut Gunawan tak mengerti.
     “Kamu sendiri tidak yakin akan permintaanmu, bagaimana aku bisa mengabulkannya?”
     Gunawan terdiam. Pikirannya makin ruwet saja.
     “Sudah  sekarang begini saja,” sergah Tuhan. “Kuberikan waktu satu minggu untuk berpikir. Berpikirlah masak-masak tentang apa sebenarnya yang kamu inginkan.”
   ***
     Singkat cerita, waktu satu minggu pun berlalu. Gunawan kembali berdialog dengan Tuhannya.
     “Sekarang sudah kamu pikir benar-benar permintaanmu?” tanyaTuhan.
     “Sudah, Tuhanku,” ungkap Gunawan yakin.
     “Lalu apa permintaanmu sekarang?”
     “Aku ingin Nadia kembali padaku.”
      "Apakah itu yang terbaik bagimu?"
     " Ya, itulah yang terbaik bagiku."
     “Kalau permintaanmu itu kukabulkan, apakah kamu yakin bisa membuat Nadia bahagia?”
     “Yakin aku bisa, Tuhanku.”
     “Benar begitu?”
     Gunawan terdiam.
     “Kok malah diam!” kata Tuhan agak keras.
     “Ya… ya…, Tuhanku.”
     “Ya apa?”
     “Saya yakin bisa membahagiakan Nadia karena aku memang sangat mencintainya.”
     Tuhan diam sejenak, lalu katanya dengan suara berat, “Andai Nadia sekarang sudah tidak secantik dulu lagi, masihkah kamu ingin Nadia kembali kepadamu?”
     "Maksudnya gimana, Tuhanku?"
     "Andai Nadia mengalami kecelakaan..., dan kini dia jadi orang cacat, masihkah engkau ingin dia kembali kepadamu?"
     Ganti Gunawan yang terdiam.
     “Gimana? Kamu masih ingin  kekasihmu itu kembali kepadamu?” desak Tuhan.
      Meragu Gunawan, "Iya eh... tidak…., Tuhanku….”
     Mendengar jawaban  itu, Tuhan geleng-geleng kepala untuk kesekian kalinya. “Lalu maumu sekarang apa?!” bentaknya.
     Gunawan tidak bisa menjawab.  Beberapa detik kemudian, dia malah ngeloyor pergi. Lupa akan permintaannya.
   Tuhan pun berkata, “Dasar manusia plin-plan!”
   Meminta dengan jelas dan spesifik adalah salah satu syarat permintaan kita bakal terpenuhi.

     By: Susilo Pranowo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.