Selasa, 23 Agustus 2011

NYANYIAN YANG MENYELAMATKAN NYAWA

Seorang ibu muda, Karen namanya, sedang mengandung bayinya yang kedua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael, anaknya yang pertama yang baru berusia 3 tahun, untuk menerima kehadiran adiknya. Michael senang sekali. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen, “Bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.” Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.


Lain halnya dengan Michael. Sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus! “Mami… aku mau nyanyi buat adik kecil!” Ibunya kurang tanggap. “Mami… aku pengen nyanyi!!”  Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya. “Mami…. aku kepengen nyanyi!!!” Itu berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael sebagai rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. “Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!” batinnya.

Ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU. “Anak kecil dilarang masuk!” Karen ragu-ragu. “Tapi, suster….” suster tak mau tahu. “Ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!”
Karen menatap tajam suster itu, lalu berkata, “Suster, sebelum diizinkan bernyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!” Suster terdiam menatap Michael dan berkata, “Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!”

Demikianlah, kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya… Lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring “You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey….”
Ajaib! Si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. “You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away.”
Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan, “Terus…. terus Michael! Teruskan sayang…,” bisik ibunya sambil menangis.
“The other night, dear, as I laid sleeping, I dreamt, I held you in my…” Dan, Sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur…” I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same…” Sang adik kelihatan begitu tenang, sangat tenang.
“Lagi sayang…” bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan…. adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan damai… lalu tertidur lelap.

Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa!

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”.

Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagi-NYA bila IA menghendaki terjadi. (SM)
Sumber: salamsuper.com

   Anda percaya dengan cerita di atas? Masih terkesan klise, mengada-ada, atau terlalu berlebihan? Tapi Anda (tentu) percaya bila Allah berkehendak, apapun bisa terjadi, bukan?
   Anda pernah mengalami suatu peristiwa yang sebenarnya tidak masuk akal? Atau mungkin Anda pernah selamat dari suatu kecelakaan hebat? Atau mungkin lagi, Anda tidak jadi mendapat musibah karena merasa ada "sesuatu" yang mengingatkan Anda untuk tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya akan Anda lakukan?
   Apakah itu hanya karena kebetulan? Atau sedang mendapat keberuntungan?
   Tahukah Anda bahwa sebenarnya di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Keberuntungan yang Anda dapat sebenarnya adalah "buah" dari pohon yang pernah Anda "tanam". Kebaikan Anda di masa lalu pasti berbuah kebaikan bagi diri Anda di masa datang. Pertolongan Anda di masa lalu pada orang lain, pasti berbuah pertolongan untuk Anda di masa datang.
   Pada hakikatnya, kebaikan manusia adalah untuk kebaikannya sendiri. Jika ada manusia berbuat jahat, maka sebenarnya dia sedang mendzolimi dirinya sendiri.
   Sukses!

   By: Susilo Pranowo

Senin, 22 Agustus 2011

REZEKI TAK PERNAH SALAH ALAMAT

Jika Anda termasuk yang sering bercukur di tukang ...cukur bermerk "Pangkas Rambut", cobalah bertanya kepada si akang pemangkas rambut tersebut perihal daerah asalnya. Hampir bisa dipastikan ia berasal dari Garut, Jawa Barat.

Tanyakan juga kepada para pedagang toko kecil yang banyak berdiri di sudut jalan atau ujung gang, biasanya mereka menjual rokok, penganan kecil seperti biskuit dan permen dan juga kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan pasta gigi. Hampir semua pemilik warung kecil itu berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Begitupula tukang baso yang sering melewati depan rumah kita, jika kita tanya daerah asalnya, sebagian besar menjawab "Dari Solo, Mas."

Semua pun tahu, bahwa nyaris semua penjahit yang pernah kita temui atau bahkan menjadi langganan kita berasal dari Sumatera Barat. Seperti halnya tempat-tempat penambal ban maupun bengkel motor di pinggir jalan itu kita panggil "Ucok" karena memang kebanyakan mereka asli Sumatera Utara. Dan kalau bicara soal kredit barang-barang kelontong, Tasikmalaya sangat lekat di telinga kita.

Memang tidak semua pemangkas rambut berasal dari Garut, atau penambal ban dan penjahit pakaian berasal dari daerah tersebut di atas. Namun secara mayoritas boleh lah dianggap demikian. Tentu sangat menarik memperhatikan fenomena ini menilik dari kenyataan bahwa rezeki memang sudah ada yang mengaturnya. Dan Allah Maha Adil membagi-bagi rezeki kepada setiap makhluk di muka bumi ini.

Hanya saja yang tak kalah pentingnya untuk dikaji yakni pernyataan bahwa memang tidak semua orang Sumatera Barat itu menjadi penjahit, seperti halnya tidak semua orang Tasikmalaya itu berprofesi sebagai tukang kredit. Meski pun seseorang lahir di Padang, besar di Padang, tetapi ia tidak pernah diajarkan atau menyentuh benda bernama mesin jahit, sampai kapan pun ia tidak akan pernah menjadi penjahit. Sebaliknya si Ucok anak si penambal ban, lantaran sejak melek sampai larut malam yang ia perhatikan adalah bagaimana bapaknya bekerja. Mulai dari mencopot ban dari kendaraan, melepas ban dalam, menambal yang bocor hingga memasangkannya kembali. Maka tak heran jika di usia belasan pun ia sudah mahir membongkar pasang ban kendaraan.

Lebih jelasnya, setiap orang itu akan mendapatkan rezeki tergantung dari keterampilan yang dimilikinya. Orang Garut yang pandai mencukur rambut, maka ia akan membuka usaha cukur rambut. Orang yang mendapatkan pelayanan dari keahlian si tukang cukur, akan membayar sesuai jerih payah dan keahlian tersebut. Sama halnya dengan kita, keterampilan apa yang bisa kita "jual" agar pihak lain mau mengeluarkan sejumlah uang sesuai keahlian yang kita miliki itu.

Intinya, jangan pernah berharap rezeki akan datang begitu saja tanpa ada satu usaha untuk menunjukkan satu bentuk keterampilan yang Anda miliki. Lebih dari satu keterampilan Anda miliki, insya Allah akan lebih pula yang bisa didapat. Tidak punya keterampilan satu pun, siap-siap selalu gigit jari karena kesempatan selalu terlewat begitu saja tanpa bisa kita raih.

Misalnya begini, pernah ada seorang kawan yang bertanya perihal lowongan di tempat saya bekerja. Kemudian saya tanya, "bahasa Inggris bisa? Bisa mengoperasikan komputer?" untuk dua pertanyaan tersebut, jawabannya sama: "Tidak". Ooh, ya kalau begitu saya ajukan satu pertanyaan lagi, "Bisa mengemudi mobil?
" berhubung saat itu di kantor memang sedang membutuhkan seseorang dengan keahlian tersebut. Nyatanya, ia juga menjawab "Tidak" meski dibubuhi kalimat pendukung, "Tapi saya bisa belajar kok.".

Agak sulit bagi siapa pun untuk membantu mencarikan pekerjaan buat seseorang yang tidak memiliki satu pun keterampilan. Bahkan seorang Office Boy (OB) sekalipun memiliki keterampilan khusus yang menjadi prasarat ia bisa diterima bekerja sebagai OB.

"Rezeki Tidak Pernah Salah Alamat", itu pasti. Kalau mengibaratkannya dengan seorang tukang pos pengantar surat, ia tidak akan pernah kesulitan mengantar surat jika tertera alamat yang jelas dan lengkap. Ditambah lagi, si pemilik rumah pun semestinya menuliskan alamat rumahnya dengan jelas, seperti nomor rumah, RT/RW dan lain sebagainya, agar pas pos tak kesulitan mencocokkan alamat tertera di surat dengan alamat kita. Jangan salahkan jika tukang pos kebingungan mencari alamat kita, karena boleh jadi kita memang tak memasang alamat jelas di depan rumah.

Jadi, tunjukkan kemampuan, keterampilan, dan keahlian yang kita miliki. Agar orang lain bisa melihatnya dengan jelas dan memberikan kesempatan terbaik buat kita. Karena rezeki memang tidak pernah salah alamat, hanya kadang kita sendiri yang tak menunjukkan alamat jelas, sehingga seringkali rezeki berlalu begitu saja
.

Oleh : DOA DAN HARAPAN
CHIA THERESIA

BERSYUKUR DALAM MUSIBAH

   Alkisah tentang seorang raja perkasa yang hobi berburu. Selagi berburu, kudanya meringkik sembari mengangkat kaki ke atas. Raja kaget, lalu terpelanting, kelingkingnya pun putus. Raja sangat marah. 
   ”Sudahlah Paduka. Kalau kena  musibah, mbok bersyukur saja,” ujar seorang penasihatnya.
Raja bukannya luluh malah tambah murka. Dengan lantang berteriak : "Penjarakan penasihat goblok ini!" 
   Para pengawal yang selalu ABS (Asal Bos Senang), terlalu tabu untuk membantah, dengan sigap melaksanakan perintah sang raja. Sang penasihat pun dijebloskan ke bui.
   Lima tahun kemudian, kala berburu, raja ini ditangkap suku primitif. Pria gagah berkulit putih mulus ini akan dipersembahkan pada dewa. Hanya saja, setelah diteliti, lho…, kelingkingnya terpotong. Ia cacat. Terpaksa dilewatkan. Sebagai pengganti, pengawalnya yang tidak cacat dijadikan korban. Pengawal itu dieksekusi, dan rajanya dipulangkan.
   Setelah itu raja menyadari kekhilafannya. Penasihat yang dulu dibui itu pun dilepaskan. ”Ananda memang harus bersyukur tidak memiliki kelingking,” kata Raja, mengakui kesalahannya. Ternyata, sang penasihat pun bersyukur, ”Kalau saja saya tidak dipenjarakan oleh Paduka, mungkin, hamba sudah menggantikan Paduka sebagai tumbal”. Jika kita diberikan musibah, sesungguhnya Tuhan sedang mempersiapkan suatu berkah bagi kita. Maka jangan buruk sangka dulu, apalagi buruk sangka kepada Tuhan.
(sumber : salamsuper.com)

   Hikmah apa yang bisa kita petik dari cerita di atas? Ceritanya memang terkesan mengada-ada, naif, klise, dsb. Tapi tahukah Anda bila SYUKUR adalah salah satu kunci SUKSES?
   Syukur mendatangkan perasaan RELA LEGAWA. Dari rasa ini akan menimbulkan sikap SUMELEH. Dan bila kedua rasa itu telah MANJING (bersemayam) dalam kalbu kita, otomatis kita akan merasa dekat dengan Allah. Jika sudah demikian, Allah tentu tidak akan membiarkan hidup kita terlunta-lunta, merana, miskin-papa, dan semua kondisi sejenisnya.
   Itu semua sesuai dengan sifat Allah yang maha kasih, maha penyayang, dan maha kaya. Sementara, keberadaan Allah pun sesuai dan identik dengan prasangka dan kondisi batin kita. Dia akan dekat kalau kita mendekat. Dia akan jauh kalau kita menjauh.
   Ada 2 ciri yang akan tampak bila seseorang benar-benar beryukur:
1. Dia tidak suka berkeluh-kesah dalam kondisi apapun dan bagaimanapun.
2. Dia suka beramal.  Dan ciri dari orang yang suka beramal adalah... kehidupannya yang semakin lama semakin baik.
   Dan memang,  AMAL adalah kunci yang sesungguhnya dari SUKSES. Amal akan sulit dilakukan tanpa adanya rasa syukur. Maka, bersyukurlah atas apa yang telah ada.
   Hidup bukan sekadar pilihan, tapi bagaimana kita menjalaninya.


By: Susilo Pranowo

Selasa, 16 Agustus 2011

APAKAH KEBAHAGIAAN SEJATI ITU?


   Saya masih ingat kunjungan ke rumah nenek saya waktu masih kecil. Saya biasa tidur di kamarnya yang mungil, di tempat tidur yang dialasi seprai berbau harum. Di meja makannya selalu tersedia makan kesukaan saya yang mengundang selera. Nasi yang saya makan dirumah nenek selalu lebih enak dari nasi yang ada di rumah kami.
    Penampilan nenek saya juga selalu memukau. Dengan rambut yang terisir rapi dan senantiasa dicat hitam setiap kali mulai memutih. Pakaian model terbaru yang membungkus tubuhnya yang ramping pantas membuat iri para anak muda. Dan tentunya bau semerbak dari parfumnya selalu menarik saya untuk selalu dekat dengan tubuhnya.
    Bukan cuman hal-hal fisik itu saja yang membuat saya kagum, tapi sikapnya yang selalu bersukacita dan mengucap syukur, seakan-akan telah terjadi mujizat setiap hari. Dalam bayangan kanak-kanak saya, nenek saya adalah seorang yang kaya dan berkecukupan.
    Setelah beranjak remaja (atau mungkin dewasa, saya lupa tepatnya), barulah saya menyadari bahwa nenek saya adalah seorang janda miskin, -ini kalau dibandingkan dengan orang-orang di lingkungannya-.
Mengapa saya tidak pernah menyadari kenyataan itu waktu saya masih kecil?
Mata kanak-kanak saya yang masih polos dan belum dipengaruhi oleh prinsip-prinsip materialisme dan konsumerisme sama sekali tida bisa membedakan ukuran kaya dan miskin dari sudut materi. Bagi saya, orang yang berbahagia adalah orang yang kaya.
    Tidak lagi sekarang, setelah lingkungan memaksa saya untuk mengerti tentang prinsip ekonomi. Apalagi setelah lulus dari fakultas ekonomi, seluruh pelajaran yang saya ingat selama empat tahun berkuliah dapat disimpulkan dalam satu kalimat: “Kepuasan manusia tidak ada batasnya”.
    Saya membaca majalah dan melihat cantik serta tampannya para model yang sedang memperagakan pakaian bermerk. Tidak heran waktu remaja, saya hanya ingin memakai baju yang bermerk ke sekolah. Rasanya ketinggalan kalau di badan kita tidak menempel merk yang dikenal orang.
    Saya menonton TV yang menayangkan sinetron yang para bintangnya tinggal di rumah megah dan mengendarai mobil mewah. Meskipun selalu ada gadis yang miskin dan kurang beruntung namun pada akhirnya seorang pangeran kaya raya akan mempersunting dirinya untuk menjadi permaisuri. Cerita ala Cinderela ini telah begitu merasuk banyak gadis muda yang menghayalkan tentang pangeran imipian yang menikahinya, tinggal disebuah istana megah dan hidup bahagia selama-lamanya.
    Saya  juga menerima pengajaran bahwa Tuhan menginginkan semua manusia hidup kaya dan sehat senantiasa. Ditambahkan lagi, bahwa pada perinsipnya semakin banyak kita memberi maka akan semakin banyak berkat yang akan kita terima. Banyak orang yang tiba-tiba
menjadi dermawan dengan harapan pemberian mereka menjadi investasi yang akan memberikan keuntungan melimpah.
    Tanpa disadari, bahwa pandangan kanak-kanak saya yang polos tentang arti kebahagiaan itu telah berevolusi. Disinilah awal mula saya memandang nenek saya sebagai janda malang yang tidak memiliki apa-apa. Saya mulai mengigini apa yang juga dikerjar oleh mayoritas manusia dimuka bumi : uang! Ada salah kaprah besar yang mengganti paradigma saya selama ini : materi = kebahagiaan.
    Saya merasa tertipu karena ternyata paradigma itu menyesatkan. Uang, harta benda, materi bukanlah sumber kepuasan. Kekayaan bukan alasan untuk menjadi lebih bahagia. Tanyakan itu pada anak-anak yang belum dikotori oleh agama materialisme itu, mereka tidak memiliki apa-apa namun mereka adalah makhluk yang paling bersukacita di muka bumi ini. Mereka melompat gembira untuk sepotong permen dan tertawa senang ketika diberi kesempatan untuk bermain lumpur di luar rumah. Mereka berbahagia hanya oleh hal-hal yang sederhana dan berterima kasih untuk hal yang kita anggap sepele. Saya sering bangga ketika anak saya berkata “Thank you Mummy” setelah dibuatkan segelas susu coklat, yang kemudian akan dilanjutnya dengan “I love you Mummy, so much!”
Perlu waktu berthaun-tahun untuk mengisi kepolosan pandangan kanak-kanak saya dengan paham materialisme dan saat ini perlu waktu yg panjang pula
untuk membersihkan pikiran saya dari apa yang telah saya terima dari dunia tersebut.
    Namun, saya bersyukur sebagai wanita biasa, akhirnya sadar sebelum terlambat. Bukan di rumah penantian atau di tempat tidur kematian, hikmat itu datang. Tidak perlu ada penyesalan karena pengertian tentang kehidupan datang menerpa. Saat ini apa yang terpenting bagi saya adalah mengejar sesuatu yang lebih berharga dari harta benda, dialah HIKMAT. Amsal berkata, “Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya”
    Saya juga bersyukur karena mengenal sumber dari hikmat tersebut dan hidup di dalamnya sejak waktu saya masih sangat muda. “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan”. Takut akan Tuhan ini yang telah menghindarkan saya dari banyak malapetaka yang akan membuat penyesalan seumur hidup. Takut akan Tuhan yang telah menyadarkan saya dari kebodohan-kebodahan yang membelenggu. Hikmat yang timbul darinya akhirnya mengembalikan kita pada kenyataan, pada esensi kehidupan. Hidup sesuai dengan rancangan Ilahi, menurut saya itulah kebahagiaan sejati.



Oleh : DOA DAN HARAPAN
CHIA THERESIA

Senin, 15 Agustus 2011

MARI WUJUDKAN IMPIAN

Jika kamu mempunyai impian, gemgamlah impian itu. Jangan pernah melepaskannya ha...nya karna kamu menghadapi banyak rintangan dan kesulitan untuk mewujukannya. Genggamlah impian itu, bawalah kemanapun engkau melangkah. Jangan putus asa, jangan putus harapan, sertakan impianmu dalam setiap aktivitas yang kamu jalani, bawa ia saat kamu bekerja, bawa ia saat kamu berpikir, bawa ia saat kamu berlibur, bawa ia bahkan saat kamu tertidur. Karena manusia akan menjadi apa yang mendominasi pikirannya. Maka pastikan impianmu besar, dan baik untuk dirimu dan kemanusiaan.

Ketika kamu bersikeras dengan impianmu, akan banyak orang yang merasa tidak nyaman. Sebagian mereka menganggapmu berlebihan, sebagian yang lain tidak suka kelak melihat dirimu menjadi besar, dan sebagiannya lagi adalah orang-orang yang meragukan kemampuanmu dan menganggap semua impianmu hanyalah omong kosong. Jangan menanggapi mereka secara berlebihan. Ketenanganmu menunjukkan kebesaran kualitas dirimu. Jangan membalas perkataan buruk mereka, jangan membenci mereka, dan jangan merasa sedih dengan apa yang mereka lakukan terhadapmu. Satu-satunya cara yang bisa kamu lakukan adalah membuktikan bahwa kamu bisa mewujudkan apa yang telah kamu impikan.

Tapi itu tidak mudah, selalu begitu. Tidak ada cara instan atau jalan pintas. Semuanya harus dilalui dan dijalani dengan proses, kesabaran, disiplin, ketegaran, dan sikap pantang menyerah. Jika kamu memilih untuk memiliki impian besar, maka artinya kamu memilih jalan yang tidak dilalui semua orang. Karena kamu menginginkan sesuatu yang diatas rata-rata, maka tingkat kesulitan yang akan kamu hadapipun pasti di atas rata-rata. Kamu akan mengalami tantangan yang jauh lebih berat daripada orang kebanyakan. Kamu akan menemui masalah jauh lebih hebat daripada orang kebanyakan. Dan tentu saja kamu harus melakukan upaya yang jauh lebih keras daripada orang kebanyakan. Agar pada saatnya nanti kamu mendapatkan sesuatu yang tidak orang lain dapatkan.

Maka, hadapilah kesulitan itu, dan selesaikan masalah-masalahmu. Jangan mengeluh dengan tantangan. Karena itu akan menumbuhkanmu dan mengasah dirimu. Jangan pernah berlari dari masalah dan kesulitan karena mereka akan terus mengejarmu sampai kamu menyelesaikannya. Jangan mengeluh karena beratnya masalah, berdoalah agar Allah memperbesar hatimu, dan memperkuat dirimu agar mampu menyelesaikan “tugas” dan “tanda cinta” yang Dia berikan kepadamu.

CHIA THERESIA