Minggu, 24 Juni 2018

BEDA KEYAKINAN DAN KESADARAN




Dalam masa pendidikan anak2, kita seringkali memberikan keyakinan tentang ini-itu…, tentang salah-benar…, tentang baik-buruk, dll. Keyakinan itu dijabarkan dengan gambaran2, contoh…, dengan cara lembut ataupun keras. Begitu juga halnya pada saat rapat, musyawarah, kutbah, ceramah,dll. Kita biasa berusaha MEYAKINKAN  SESEORANG agar mengikuti apa yg kita yakini. Pendeknya…, MEMBERIKAN KEYAKINAN… adalah soal bagaimana agar ISI PIKIRAN KITA bisa diterima orang lain untuk kemudian menjadi SEBUAH KEYAKINAN.

Sahabat….,
Tahukah kita semua bahwa KEYAKINAN adalah berasal dari INPUT PIKIRAN…????  Keberadaan pikiran adalah masih dalam wilayah ALAM MATERI. Sifatnya tidak kekal…, bisa diperbaharui…, bisa berubah-ubah. Maka jangan heran jika ada seseorang yang HANYA PUNYA KEYAKINAN…, jika hari ini getol belajar ngaji…, besok tiba2 jadi berhenti…, hari ini rajin ibadah…, besok jadi malas bin ogah-ogahan.

Keyakinan beda dengan KESADARAN.
Keyakinan terbentuk dari KESADARAN PIKIR. Saat RAGA MATI, maka fungsi OTAK TERHENTI. Karena fungsi otak terhenti, kesadaran pikir pun hilang… lenyap…. Akibatnya…, keyakinan pun turut hilang bersama induk dari  keyakinan itu sendiri.
Tapi…, KESADARAN terbentuk karena KEMAUAN dari RUH, yang sifatnya ABADI. Orang yang berada dalam KESADARAN tidak akan pernah LUPA.., karena ingat dan lupa letaknya dalam otak, sementara KESADARAN berada dalam sang ruh. Karena inilah…, kaum SPIRITUALIS selalu mencari dan menambah KESADARAN…, bukan KEYAKINAN!

Demikianlah….
Semoga kita semua menjadi ORANG YANG SADAR DALAM KESADARAN.
Siapa yang sungguh2 mencari akan menemukan.
Jika menanam pohon, terus periharalah.
Tetaplah membuang sampah pada tempatnya.
Glodok, 24 Jun 18, 6.52.

Minggu, 03 Juni 2018

BISAKAH BELAJAR MARIFAT?



Seorang marifat tidak hanya belajar dari buku-buku…, dari petuah-petuah…, karena seluruh alam dan segala isinya adalah guru yg memberikan pelajaran dalam keheningan dan dalam keramaian, baik yg kelihatan maupun yg tak kelihatan. Dirinya adalah bagian dari alam…, adalah alam itu sendiri. Dia tidak besar, tidak juga kecil. Dia adalah bersama… antara ada dan tidak ada.

Seorang  marifat tdk pernah merasa kehilangan… karena setiap saat dia telah menerima.  Dia tidak pernah merasa sakit… karena sakit itu adalah kedemikianan yang ada. Dia tidak sakit hati saat dihina… karena kehinaan itu memang dirinya.

Seorang marifat tidak menghitung-hitung pahala…, tidak merindukan surga…, karena surga bukanlah tempat…, surga adalah suasana…, dan suasana surga itu telah dia ciptakan sendiri dalam hatinya, dalam sikap batinnya…, dalam kesadaran pikir dan roh-nya.

Seorang marifat akan menyelam dalam kedalaman yg  paling dalam. Dia belajar dari pandangan matanya…, belajar dari suara yg menyentuh indera pendengarnya…, belajar dari rasa yg menyentuh kulit… dan yg menyentuh kalbunya. Dia tidak pernah diam…, karena setiap gerak adalah dirinya. Dia lebur dan larut dalan kedemikianan. Dia MENJADI GARAM untuk memberikan rasa pada semua makhluk. Dia hilang… tapi rasa yg diberikannya tetap dapat dirasakan. Dia lebur MENJADI RAGI… lebur dan hilang untuk merubah sifat terhadap apa yg didekatinya.

Seorang marifat melempar jauh KEAKUANNYA… karena dia bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Dia adalah bagian yg tanpa bagian. Dia mampu membaca dalam kebutaan…. Mampu mendengar dalam ketuliannya… karena dia adalah RASA.

Glodok, 3 Juni 2018. 6.30 AM
Tetap buanglah sampah di tempatnya.
Jika menanam pohon, terus jaga dan rawatlah.