Selasa, 24 April 2012

BERUNTUNG DALAM KETERJEPITAN

Seorang teman saya yang sudah beberapa bulan ini tidak bertemu, tadi baru saja bertandang ke rumah. Setelah bicara NGALOR-NGIDUL, terucap sebuah kalimat bijak darinya. Kalimat itu adalah: WONG IKU YEN DURUNG KECEPIT, MESTI GAK ISA NGLOLOSNE AWAKE.

Kalimat itu kedengaran sederhana saja. Tapi bagi saya, justru tidak begitu. Ada satu MOTIVASI DAHSYAT yang terkandung di dalamnya. MANUSIA... jika tidak pernah menjumpai MASALAH, maka dia tidak akan pernah menjadi DEWASA DAN PINTAR. Perbuatan kita hari ini menentukan apa yang akan terjadi esok. Jika kita TIDAK JUJUR hari ini, itu artinya kita MENCIPTAKAN MASALAH di esok hari. Jika kita hari ini MENYAKITI SESEORANG (sengaja ataupun tidak), itu artinya kita telah MENCIPTAKAN MASALAH juga di esok hari.

Tapi... siapa di antara kita TIDAK PERNAH berbuat TIDAK JUJUR? Siapa yang TIDAK PERNAH MENYAKITI ORANG LAIN...??? Tentu semuanya PERNAH! (terserah mau ngaku atau tidak). Tapi yang akan saya bahas bukan MASALAH KETIDAKJUJURAN atau PERBUATAN MENYAKITI ORANG itu, melainkan APA YANG HARUS KITA lakukan untuk menjadikan KEDUA HAL itu sebagai WAHANA ataupun MEDIA PENDEWASAAN SIKAP DAN PIKIRAN KITA.

Kembali kepada kata-kata teman saya tadi: WONG IKU YEN DURUNG KECEPIT, MESTI GAK ISA NGOLOSNE AWAKE. Ya betul! Kalau badan kita tidak terjepit sesuatu, kita tidak mungkin meloloskan diri, karena badan kita sudah dalam keadaan bebas. Masalahnya, banyak di antara kita yang TERFOKUS pada APA YANG MENJEPIT KITA, lalu terpikir BAGAIMANA CARA MELOLOSKAN DIRI. Dan ketika OTAK KITA terpikir SEBUAH CARA (yang biasanya adalah sebuah cara yang LOGIS alias hanya berdasarkan pada NALAR SEMATA), maka sebuah cara lain yang dianggap TIDAK LOGIS akan ditinggalkan. Padahal, justru CARA-CARA YANG DIANGGAP TIDAK LOGIS justru yang membuat kita MUDAH MELOLOSKAN DIRI DARI SEBUAH KETERJEPITAN.

Sahabatku semua, TUHAN TIDAK PUNYA HITUNGAN MATEMATIKA. Sebuah TOTALITAS KEPASRAHAN  bisa berujung kepada KEAJAIBAN ataupun KEBERUNTUNGAN. Tapi bisakah kita (sebagai manusia biasa) MENDATANGKAN KEAJAIBAN? Bisakah kita MEMBUAT KEBERUNTUNGAN?

Jawabnya: BISA! Tuhan tidak pernah MENCIPTAKAN KESENGSARAAN  (KONDISI TERJEPIT) BAGI MANUSIA. Manusia sendiri-lah yang menciptakan kondisi seperti ini, sebagai reaksi dari  HUKUM SEBAB-AKIBAT. Jika PERILAKU KITA SENANTIASA LURUS, maka adanya sebuah KETERJEPITAN ADALAH AWAL DATANGNYA KEBEBASAN. So, mari kita terus memupuk KEBAIKAN DALAM DIRI KITA dengan BERPERILAKU LURUS YANG DIIRINGI DENGAN KEPASRAHAN. untuk kemudian kita sambut datangnya KEAJAIBAN DAN KEBERUNTUNGAN... yang semula berawal dari sebuah KONDISI KETERJEPITAN.

By: Susilo Pranowo

Senin, 23 April 2012

BEREBUT SALAH



Tiga hari yang lalu, pulang dari sekolah anak saya  mengalami KECELAKAAN. Para saksi mata mengatakan bila anak saya hendak menyeberang ke kanan. Ketika iitu posisi kendaraan sudah melewati GARIS MARKA jalan. Jadi, sudah sampai pada bahu jalan sebelah kanan. DARI ARAH BELAKANG (masih dalam versi cerita saksi mata yang berjumlah lebih dari 4 orang), meluncur sepeda motor lain dengan KECEPATAN TINGGI.

Lalu kejadian selanjutnya….
Pengendara motor yang ngebut itu, yang ternyata membawa BARANG DAGANGAN BEGITU BANYAK, menyenggol setang motor anak saya. Tak ayal lagi, karena si pengebut (yang kemudian saya ketahui bila ia SEORANG SALES),  jatuh menggelosor sejauh kurang-lebih 4 meter.  Motornya jelas rusak parah. Ia pun mengalami luka lecet dan memar yang cukup banyak. Helm-nya pun sampai bernoda darah.
Untungnya, anak saya cuma jatuh tanpa luka sedikitpun. Dia cuma MENANGIS KETAKUTAN (maklum cewe dan masih kelas 8. Hehehe….). Motor yang dikendarainya juga jatuh, tapi cuma rusak ringan. LEBIH UNTUNG LAGI, kejadian ini tidak sampai BERURURUSAN DENGAN POLISI. Anak saya masih di bawah umur. Jadi, dia belum punya SIM. Untung…. Untung…. Hehehe….

Sahabatku semua…,
Ada satu HIKMAH YANG BEGITU BAIK yang dapat dipetik dari peristiwa di atas. Sang sales yang BABAK-BUNDHAS dan  berdarah-darah itu… tidak berniat memperpanjang perkara. Waktu saya datangi, dia cuma bilang,”Sudahlah Mas, tidak apa-apa. Mungkin ini HALANGAN SAYA.”

Dan akhirnya kami pun DAMAI dan saling BERSALAMAN. Saya pun segera pulang dengan maksud agar KERUMUNAN ORANG SEGERA BUBAR dan tidak mengundang kehadiran APARAT.  Sementara sang SALES sudah dirawat seorang MANTRI KESEHATAN yang kebetulan lewat.

Tapi setelah kira-kira 3 jam berada di rumah,  teman saya datang dan mengabarkan bahwa sang SALES tidak dapat berjalan, dan tentu saja ia juga tidak dapat mengendarai motornya lagi. Sang SALES minta tolong diantar pulang ke rumahnya.

Tanpa pikir panjang, saya pun menyetujui. Dengan dibantu beberapa orang, dagangan sang SALES saya pindahkan ke bak mobil pick up saya. Dan ternyata barang dagangan itu sanggup memenuhi bak mobil saya. Jadi kiranya,motor  sales ini benar-benar KELEBIHAN  MUATAN.

Dalam perjalanan, sang SALES yang duduk di samping saya, berkali-kali  MEMINTA MAAF kepada saya. Tentu saja saya memaafkan. Saya pikir…,”Baik benar orang ini. Sudah dapat musibah sedemikian rupa, masih saja mengaku salah dan terus minta maaf.”

“Terima kasih ya Mas, sudah bersedia mengantar,” ucap tulus sang SALES lagi.
“Oh, tidak apa-apa, Mas…,” sahut saya. “Maafkan kesalahan anak saya juga ya, Mas.”
“Iya… iya... nanti sampaikan juga kata maaf saya.”
“Saya pribadi juga minta maaf, Mas. SUMBER KESALAHAN ini sebenarnya saya, Mas…,” ucap saya lagi, “Kesalahan saya adalah KARENA SAYA TELAH MEMBERI IZIN ANAK SAYA MENGENDARAI MOTOR.”
“Iya, Mas. Saya juga salah. Saya tidak MENCARI BENAR. PERSOALAN TIDAK AKAN PERNAH TUNTAS jika semua orang MENCARI BENAR.”

Sahabatku semua….
Alangkah DAMAI DAN INDAHNYA dunia ini jika masing2 dari kita tidak lagi MEMPEREBUTKAN KEBENARAN. Dalam kehidupan rumah tangga, bertetangga, berinteraksi dengan teman, kita bisa senantiasa INTROSPEKSI. Jari tangan kita senantiasa MENUNJUK KE DIRI KITA SENDIRI, bukan ke orang lain. Kita TIDAK MALU MENGAKUI KESALAHAN. Manusia BERJIWA BESAR tidak akan pernah menutupi kesalahannya. Manusia berjiwa besar tahu benar bahwa KESALAHAN YANG TELAH DIPERBUAT akan terus MELEKAT. Dan ini tidak akan pernah bisa dihapus ataupun dihilangkan, kecuali dengan PENGAKUAN DAN PENEBUSAN.

Sahabat, KITA HANYA MENUAI APA YANG TELAH KITA TANAM.  Jangan pernah lagi SALING BEREBUT KEBENARAN. Karena pada akhirnya nanti , YANG SALAH PASTI AKAN SELEH. BECIK KETTITIK, ALA KETARA.  Dan ini adalah HUKUM ALAM, HUKUM TUHAN, yang PASTI AKAN TERJADI.

Dan untuk kembali kepada SANG MAHA SUCI  nanti,  kita harus kembali  dalam keadaaan SUCI pula. So, mari kita sucikan batin dan pikiran kita dengan BERBEBUT SALAH, bukan BEREBUT KEBENARAN!

By: Susilo Pranowo

Rabu, 18 April 2012

TIDAK ADA UJIAN KESABARAN



Kemarin di sebuah toko bangunan langganan,  saya sempat GALAU melihat banyaknya pembeli yang sedang NGANTRI.  Sebenarnya di toko itu ada lebih dari 10 orang pramuniaga. Tapi saya masih TERJEBAK juga dalam antrian. Lalu karena kebetulan saya mau belanja sedikit, saya mencoba menyerobot antrian.  Dan kebetulan karena salah seorang pramuniaganya sudah  mengenal saya, jadinya saya didahulukan. Lalu apa yang terjadi? Wah…, banyak tatapan mata bersorot tajam ditujukan kepada saya. Saya benar-benar jadi gak enak hati.

Sesampai di rumah, kejadian di toko besi itu masih menghantui benak saya.  Bagaimana perasaan orang-orang yang antriannya telah saya serobot? Kenapa saya jadi begitu tak sabaran? Kenapa  saya bisa begitu egois?

Sahabatku semua,  mungkin sekali Anda juga pernah berlaku seperti yang saya ceritakan di atas. Saya dan Anda mungkin sekali BISA SABAR menghadapi suatu PERISTIWA YANG LEBIH URGEN. Tapi kenapa dalam situasi yang jauh lebih TIDAK BERARTI, kita malah tidak bisa bersabar? Kalau dikatakan itu UJIAN TUHAN, kenapa UJIAN YANG KECIL, kita TIDAK LULUS? Dalam UJIAN BESAR, kita malah LULUS?

Sahabat,  sebenarnya TIDAK ADA UJIAN BAGI KESABARAN. Yang ada hanyalah SEBERAPA BESAR KITA PUNYA KESABARAN. Dan sepanjang usia kita, KESABARAN ini bisa LAYU atau juga BERKEMBANG, tergantung bagaimana kita MEMUPUK DAN MERAWATNYA.

KESABARAN adalah KEKUATAN DAHSYAT yang boleh dikatakan juga termasuk KUNCI BERLANGSUNGNYA HIDUP.  Andai ibu kita tidak sabar MEMELIHARA KANDUNGANNYA , mungkinkah kita bisa hidup saat ini? Kalau kita tidak sabar bertahun-tahun DUDUK DI BANGKU PENDIDIKAN, bisakah kita jadi orang seperti saat ini? Jangan bilang kalau itu NASIB!

Orang yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain karena ia senantiasa  mencerminkan sebuah KEDEWASAAN SIKAP, KEMATANGAN PIKIRAN, dan KEBAIKAN DALAM PERILAKU. Dan itu semua adalah  pancaran hidup MANUSIA BIJAKSANA. So, mari kita terus MEMPERSUBUR KESABARAN KITA.

By:  Susilo Pranowo