Tiga hari yang lalu, pulang dari
sekolah anak saya mengalami KECELAKAAN.
Para saksi mata mengatakan bila anak saya hendak menyeberang ke kanan. Ketika
iitu posisi kendaraan sudah melewati GARIS MARKA jalan. Jadi, sudah sampai pada
bahu jalan sebelah kanan. DARI ARAH BELAKANG (masih dalam versi cerita saksi
mata yang berjumlah lebih dari 4 orang), meluncur sepeda motor lain dengan
KECEPATAN TINGGI.
Lalu kejadian selanjutnya….
Pengendara motor yang ngebut itu,
yang ternyata membawa BARANG DAGANGAN BEGITU BANYAK, menyenggol setang motor
anak saya. Tak ayal lagi, karena si pengebut (yang kemudian saya ketahui bila
ia SEORANG SALES), jatuh menggelosor
sejauh kurang-lebih 4 meter. Motornya
jelas rusak parah. Ia pun mengalami luka lecet dan memar yang cukup banyak.
Helm-nya pun sampai bernoda darah.
Untungnya, anak saya cuma jatuh
tanpa luka sedikitpun. Dia cuma MENANGIS KETAKUTAN (maklum cewe dan masih kelas
8. Hehehe….). Motor yang dikendarainya juga jatuh, tapi cuma rusak ringan.
LEBIH UNTUNG LAGI, kejadian ini tidak sampai BERURURUSAN DENGAN POLISI. Anak
saya masih di bawah umur. Jadi, dia belum punya SIM. Untung…. Untung…. Hehehe….
Sahabatku semua…,
Ada satu HIKMAH YANG BEGITU BAIK
yang dapat dipetik dari peristiwa di atas. Sang sales yang BABAK-BUNDHAS dan berdarah-darah itu… tidak berniat
memperpanjang perkara. Waktu saya datangi, dia cuma bilang,”Sudahlah Mas, tidak
apa-apa. Mungkin ini HALANGAN SAYA.”
Dan akhirnya kami pun DAMAI dan
saling BERSALAMAN. Saya pun segera pulang dengan maksud agar KERUMUNAN ORANG
SEGERA BUBAR dan tidak mengundang kehadiran APARAT. Sementara sang SALES sudah dirawat seorang
MANTRI KESEHATAN yang kebetulan lewat.
Tapi setelah kira-kira 3 jam
berada di rumah, teman saya datang dan
mengabarkan bahwa sang SALES tidak dapat berjalan, dan tentu saja ia juga tidak
dapat mengendarai motornya lagi. Sang SALES minta tolong diantar pulang ke
rumahnya.
Tanpa pikir panjang, saya pun
menyetujui. Dengan dibantu beberapa orang, dagangan sang SALES saya pindahkan
ke bak mobil pick up saya. Dan ternyata barang dagangan itu sanggup memenuhi
bak mobil saya. Jadi kiranya,motor sales
ini benar-benar KELEBIHAN MUATAN.
Dalam perjalanan, sang SALES yang
duduk di samping saya, berkali-kali
MEMINTA MAAF kepada saya. Tentu saja saya memaafkan. Saya pikir…,”Baik
benar orang ini. Sudah dapat musibah sedemikian rupa, masih saja mengaku salah
dan terus minta maaf.”
“Terima kasih ya Mas, sudah
bersedia mengantar,” ucap tulus sang SALES lagi.
“Oh, tidak apa-apa, Mas…,” sahut
saya. “Maafkan kesalahan anak saya juga ya, Mas.”
“Iya… iya... nanti sampaikan juga
kata maaf saya.”
“Saya pribadi juga minta maaf,
Mas. SUMBER KESALAHAN ini sebenarnya saya, Mas…,” ucap saya lagi, “Kesalahan
saya adalah KARENA SAYA TELAH MEMBERI IZIN ANAK SAYA MENGENDARAI MOTOR.”
“Iya, Mas. Saya juga salah. Saya
tidak MENCARI BENAR. PERSOALAN TIDAK AKAN PERNAH TUNTAS jika semua orang
MENCARI BENAR.”
Sahabatku semua….
Alangkah DAMAI DAN INDAHNYA dunia
ini jika masing2 dari kita tidak lagi MEMPEREBUTKAN KEBENARAN. Dalam kehidupan
rumah tangga, bertetangga, berinteraksi dengan teman, kita bisa senantiasa
INTROSPEKSI. Jari tangan kita senantiasa MENUNJUK KE DIRI KITA SENDIRI, bukan
ke orang lain. Kita TIDAK MALU MENGAKUI KESALAHAN. Manusia BERJIWA BESAR tidak
akan pernah menutupi kesalahannya. Manusia berjiwa besar tahu benar bahwa
KESALAHAN YANG TELAH DIPERBUAT akan terus MELEKAT. Dan ini tidak akan pernah
bisa dihapus ataupun dihilangkan, kecuali dengan PENGAKUAN DAN PENEBUSAN.
Sahabat, KITA HANYA MENUAI APA
YANG TELAH KITA TANAM. Jangan pernah
lagi SALING BEREBUT KEBENARAN. Karena pada akhirnya nanti , YANG SALAH PASTI
AKAN SELEH. BECIK KETTITIK, ALA KETARA. Dan
ini adalah HUKUM ALAM, HUKUM TUHAN, yang PASTI AKAN TERJADI.
Dan untuk kembali kepada SANG
MAHA SUCI nanti, kita harus kembali dalam keadaaan SUCI pula. So, mari kita
sucikan batin dan pikiran kita dengan BERBEBUT SALAH, bukan BEREBUT KEBENARAN!
By: Susilo Pranowo
Cinta kasih adalah sumber kedamaian. Realy nice story.
BalasHapus