Di halaman GEDUNG PEMERINTAHAN.
Bejo terperangah sekaligus tersenyum senang, saat melihat sosok orang
di kejauhan sana. Orang itu memakai setelan jas rapi, diapit orang-orang
berpakain resmi pula. Sementara tidak jauh darinya tampak belasan polisi berseragam.
“Orang itu pasti PRESIDEN…,” pikir Bejo.
Tapi benarkah dia presiden? Bejo bertanya kepada seorang remaja yang
melintas di hadapannya. Jawaban yang didapatnya, ternyata si orang
berjas adalah BUPATI.
Bejo lalu melanjutkan perjalanannya.
Kali ini ia melihat lelaki berjas rapi yang baru turun dari mobil sedan
mengkilat mahal. Di depan dan belakang sedan, tampak puluhan polisi
bermotor. Semua orang tampak menunduk hormat.
“Nah, kalo itu pasti PRESIDEN…!
“Bukan!” sahut lelaki kumal yang mendengar gumaman Bejo.
“Kalau bukan presiden, lalu siapa?” buru Bejo.
“Dia kan GUBERNUR!” jawab si lelaki berpakaian kumal, tegas.
“Oooo….” Bejo melongo. Lalu berjalan menjauh sambil garuk-garuk kepala.
Sahabat…., cerita tentang Bejo di atas hanyalah ANALOGI yang mewakili
sebuah “pencarian”. Benarkah TUHAN yang selalu kita jadikan TUMPUAN DOA
kita adalah TUHAN YANG SEBENAR-BENARNYA TUHAN…????
Sosok Tuhan yang menurut PEMIKIRAN KITA adalah yang begini-begitu, jangan-jangan.... cuma “bupati” atau “gubernur” saja….???
TUHAN ataukah IBLIS ataukah SETAN JAHANAM sekalipun, bukankah akan sama
saja di mata ORANG BUTA? Dia pasti tak akan mendapat “JALAN BENAR”
karena “APA YANG MENJADI TUJUANNYA SUDAH SALAH”.
Dan sebaliknya,
ORANG MELEK pun tetap akan KELIRU LANGKAH bila NAVIGASINYA tidak bagus.
Navigasi bagus tapi TIDAK UP TO DATE, ya sama juga sami mawon….
Hehehe…..
By: Susilo Pranowo
Label
- ANALOGI SAJA (10)
- APA IYA? (13)
- BELAJAR PADA HEWAN (4)
- HANYA CERITA (7)
- HANYA WAYANG (8)
- OH TUHAN... (8)
- SEKADAR TAHU (20)
- SEMPRIT SPIRIT (25)
- SENYUM DIKIT (13)
Senin, 09 Desember 2013
DARIMANA PENCERAHAN ITU?
Suatu hari aku mendapati Jon Koplo sedang menikmati secangkir kopi di teras rumahnya.
"Orang sekarang sukanya bicara PENCERAHAN..., PENCAPAIAN..., KEBEBASAN ROH..., de-el-el..., emang semua itu ada pentingnya...?"
"Lha menurut kamu ada pentingnya enggak?" buruku.
"Enggak hanya sekadar diomongkan."
"Pencerahan itu bukankah jalan terang?"
"Yup! Tapi TERANG itu hanya dibutuhkan tatkala seseorang berada dalam GELAP...?"
"Tapi berada dalam terang tidak menjamin seseorang berada dalam BENAR?" buruku.
"Kebalik kamu! Seseorang harus berada dalam BENAR dulu, baru kemudian mendapat TERANG alias TERCERAHKAN."
"Ah, masa iya begitu?"
"Bagaimana mungkin seseorang akan mendapat pencerahan bila pijakannya tidak benar? Atau..., bagaimana mungkin seseorang mendapat pencerahan bila orang itu berada di ZONA NYAMAN tanpa adanya kepedulian akan benar atau salah."
"Ah, masa iya begitu?"
"Pencerahan hanya akan datang pada orang yang benar-benar RINDU KEPADA TUHAN."
"Eh ngomong dingomong, pencerahan itu apa sih?"
Jon Koplo tidak menjawab. Malah mengejakku masuk ke WARUNG NASI. Aku sih nurut saja. Rezeki mana boleh ditolak. Hehehehe...
"Kalo satu piring masih kurang, kamu boleh nambah," kata Jon Koplo kemudian.
Aku mengangguk saja, lalu nambah separo tapi ganti lauk.
"Sudah kenyang kamu sekarang?"
"Iya," kataku sambil mengendorkan ikat pinggang.
"Sebelum kesini, tadi apa kamu merasa lapar?"
"Iya."
"Masih pengin tahu apa arti pencerahan?"
"Oh iya, tadi kamu belum jawab kan...."
"Jawabnya kira-kira sama dengan keadaan ketika kamu belum ke warung ini, lalu duduk makan bersamaku di sini, kemudian kamu merasa terpuaskan berada di sini. Lalu kamu sadar bila kamu telah terbebas dari RASA LAPAR."
"Maksudnya....?" aku garuk-garuk kepala.
"Sini aku bisikkan ke telingamu."
Segera aku pasang telingaku.
Jon Koplo berbisik, "MAKANAN yang biasa kamu makan sejak dulu-dulu itu membuat aliran darahmu KACAU, ginjalmu penuh RACUN, napasmu BAU! Tapi kamu sama sekali TIDAK MENYADARI itu!"
Aku bengong.
Tanpa sadar garuk-garuk kepala lagi.
PENCERAHAN TIDAK AKAN PERNAH DATANG DARI SESUATU YANG TIDAK CERAH..
"Orang sekarang sukanya bicara PENCERAHAN..., PENCAPAIAN..., KEBEBASAN ROH..., de-el-el..., emang semua itu ada pentingnya...?"
"Lha menurut kamu ada pentingnya enggak?" buruku.
"Enggak hanya sekadar diomongkan."
"Pencerahan itu bukankah jalan terang?"
"Yup! Tapi TERANG itu hanya dibutuhkan tatkala seseorang berada dalam GELAP...?"
"Tapi berada dalam terang tidak menjamin seseorang berada dalam BENAR?" buruku.
"Kebalik kamu! Seseorang harus berada dalam BENAR dulu, baru kemudian mendapat TERANG alias TERCERAHKAN."
"Ah, masa iya begitu?"
"Bagaimana mungkin seseorang akan mendapat pencerahan bila pijakannya tidak benar? Atau..., bagaimana mungkin seseorang mendapat pencerahan bila orang itu berada di ZONA NYAMAN tanpa adanya kepedulian akan benar atau salah."
"Ah, masa iya begitu?"
"Pencerahan hanya akan datang pada orang yang benar-benar RINDU KEPADA TUHAN."
"Eh ngomong dingomong, pencerahan itu apa sih?"
Jon Koplo tidak menjawab. Malah mengejakku masuk ke WARUNG NASI. Aku sih nurut saja. Rezeki mana boleh ditolak. Hehehehe...
"Kalo satu piring masih kurang, kamu boleh nambah," kata Jon Koplo kemudian.
Aku mengangguk saja, lalu nambah separo tapi ganti lauk.
"Sudah kenyang kamu sekarang?"
"Iya," kataku sambil mengendorkan ikat pinggang.
"Sebelum kesini, tadi apa kamu merasa lapar?"
"Iya."
"Masih pengin tahu apa arti pencerahan?"
"Oh iya, tadi kamu belum jawab kan...."
"Jawabnya kira-kira sama dengan keadaan ketika kamu belum ke warung ini, lalu duduk makan bersamaku di sini, kemudian kamu merasa terpuaskan berada di sini. Lalu kamu sadar bila kamu telah terbebas dari RASA LAPAR."
"Maksudnya....?" aku garuk-garuk kepala.
"Sini aku bisikkan ke telingamu."
Segera aku pasang telingaku.
Jon Koplo berbisik, "MAKANAN yang biasa kamu makan sejak dulu-dulu itu membuat aliran darahmu KACAU, ginjalmu penuh RACUN, napasmu BAU! Tapi kamu sama sekali TIDAK MENYADARI itu!"
Aku bengong.
Tanpa sadar garuk-garuk kepala lagi.
PENCERAHAN TIDAK AKAN PERNAH DATANG DARI SESUATU YANG TIDAK CERAH..
Senin, 17 Juni 2013
BANYAK DARI KITA TIDAK LEBIH PINTAR DARI MONYET
Di Afrika, konon ada satu suku
yang gemar MAKAN DAGING MONYET. Dari berbagai macam cara mereka berburu monyet,
ada satu yang sangat unik. Mereka menggunakan alat semacam KENDIL (bejana yang
bermulut kecil namun luas di bagian dalam).
Kendil itu mereka ikat pada batu
atau pohon besar. Di dalam kendil diisi KACANG, dan sebagian lagi dibiarkan
berserak di luar. Monyet yang datang biasanya akan memakan kacang yang berserak
di luar kendil lebih dulu. Dan ketika kacangnya habis, ia akan memasukkan tangannya
ke mulut kendil untuk mengambil kacang yang ada di dalamnya.
Alhasil, monyet tersebut tidak
bisa mengeluarkan tangannya dari mulut kendil, karena ia tak mau melepaskan
kacang yang berada dalam genggamannya. Dan si monyet pun tertambat terus di
tempat itu sampai sang pemburu datang. Sebetulnya si monyet bisa saja melarikan
diri, tapi ia tetap BERSIKUKUH tak mau melepas kacangnya.
Sahabat…, sampai kapan si monyet
bisa menyadari keadaannya ini…??? Ternyata sampai AJAL MENJEMPUTNYA, ia tak
pernah sadar akan KEBODOHANNYA. Kacang dalam genggamannya baru terlepas manakala
ia TELAH MATI DISEMBELIH!
Sahabat…, cerita di atas hanyalah
PASEMON yang mungkin bisa mengingatkan kita
semua bahwa…. betapa kita TIDAK SADAR telah terjebak dalam COMFORT ZONE. Zona nyaman ini membuat diri kita TER-ISOLASI dari hal-hal yang KREATIF-INOVATIF. Kita takut
melakukan SESUATU YANG BERBEDA dari kebiasaan. Saat DUNIA LUAR telah bergerak maju, tanpa
sadar hal itu telah menempatkan kita dalam kondisi STAGNAN yang pada akhirnya
berakibat KETERPURUKAN.
Seorang PENGUSAHA akan sulit maju
bila ia tidak bisa melepaskan diri dari zona nyamannya. Ide-ide yang
kemungkinan bisa menghasilkan daya hentak luar biasa kadang hanya KANDAS oleh
BAYANG-BAYANG TAKUT AKAN GAGAL.
Bahkan
ada orang (maaf) MISKIN tapi SOMBONGNYA sundhul langit. Amit-amit….. Katanya,
ia sedang DICOBA ATAU DIUJI oleh Tuhan! Hehehe…
Tanpa
disadari orang ini telah terjebak dalam ZONA KEMISKINANNYA. Padahal kalau ia
mau, ia bisa melepaskan diri dari kemiskinannya itu, karena ia PUNYA KESEMPATAN
DAN PELUANG YANG SAMA DENGAN YANG LAIN. Bukankah Tuhan itu maha adil?
ORANG
BODOH yang tak mau belajar akan selalu mendapat JATAH LEBIH SEDIKIT dari ORANG PINTAR.
Sementara,
ORANG RAJIN YANG BEKERJA LEBIH PINTAR tak pernah berhenti BELAJAR untuk
mendapatkan ide-ide baru. Dan bila suatu kali ia GAGAL, ia tak akan pernah
MENGKAMBINGHITAMKAN TUHAN! Kegagalan bukan takdir Tuhan, karena kegagalan BUKAN
HASIL AKHIR.
So,
mari kita bekerja LEBIH SMART!
By:
Susilo Pranowo
Minggu, 24 Februari 2013
GELAR HAJI (MEMANG) BUKAN JAMINAN UNTUK MENJADI MANUSIA YANG BAIK
Kemarin saya mendapat telpon dari salah seorang konsumen saya untuk datang ke rumahnya. Konsumen saya ini complain atas NEON BOX PRAKTEK DOKTER pesanannya, YANG SUDAH SAYA PASANG 1 BULAN YANG LALU. Kata orang ini, hurufnya kekecilan dan minta diperbesar. Tapi… (maaf) konsumen saya ini BERGELAR HAJI, tapi sungguh kata-kata yang keluar dari mulutnya SANGAT KASAR dan SOK KAYA. Saya berusaha menekan perasaan saya AGAR TIDAK TERSINGGUNG dan TERPANCING EMOSI. Dan untunglah saya sudah biasa MENEMPATKAN DIRI SAYA BERADA DI BAWAH. Dan saya selalu berusaha untuk menjauhi sifat ADIGANG-ADIGUNG-ADIGUNA. Sehingga, tidak terjadi PERTENGKARAN yang pasti akan berakibat TIDAK BAIK.
Sahabat, saya sering bilang bahwa saya AMAT SUKA MENGAMATI APA YANG TERJADI DI SEKITAR SAYA. Dengan tambahan persitiwa seperti di atas, rasa-rasanya SEMAKIN MEMBENARKAN PERSEPSI SAYA bahwa GELAR HAJI MEMANG BUKAN JAMINAN UNTUK MENJADI MANUSIA YANG BAIK. Dan bagi saya, ORANG BAIK tidak diukur dari BERAPA KALI SEHARI DIA PERGI KE MASJID atau BERAPA JAM DALAM SEHARI DIA MENYISIHKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA KITAB SUCI. ORANG BAIK, menurut saya adalah BAGAIMANA DIA PUNYA PERILAKU TERPUJI KEPADA SESAMA. Orang baik adalah orang yang HALUS TUTUR KATANYA dan LUHUR BUDI PEKERTINYA.
Saya jadi teringat SINETRON USTADZ FOTOCOPY yang masih tayang di SCTV. Di situ ada tokoh bergelar HAJI JAMAL HAJI TIGA KALI. Kelakuannya….? Masya Allah…. Kasar, galak, pelit, dan…. RENTENIR PULA! Mungkinkah ORANG SEPERTI HAJI JAMAL itu benar-benar ada dalam KEHIDUPAN SEHARI-HARI…? Kalau memang benar ada, saya jadi ingin PROTES KEPADA ALLAH SWT…. Kenapa ORANG BERBUDI RENDAH seperti itu koq “DIIZINKAN” bergelar HAJI…????!!! Sungguh, haji-haji yang seperti itu CUMA MENODAI AGAMA SAJA…!!!!
By: Susilo Pranowo (yang lagi suntuk)
KONSEP PIKIRAN
Dulu saya punya teman jauh yang sedang kuliah di Samarinda, Kaltim.
Teman saya ini, namanya Nani, suatu kali mendatangi saya yang berada di
Surabaya. Kebetulan kami berdua punya hobi yang sama, yaitu SUKA
PERGI-PERGI NAIK KENDARAAN UMUM TANPA TUJUAN. Ya, Anda tidak salah baca,
memang PERGI TANPA TUJUAN. Sebuah hobi yang cukup NYLENEH, tapi memang
begitulah adanya saya waktu itu.
Waktu itu kami berdua berada di Terminal Bungurasih, hendak ke Madiun atau ke Malang, saya lupa. Di dalam bus ada seorang perempuan berpakaian lusuh sedang minta-minta. Teman saya memberikan beberapa keping uang logam. Setelah perempuan peminta-minta itu pergi, Nani berkata, “ Orang itu LEBIH BERUNTUNG dari saya, Sus. Dia sudah PUNYA PEKERJAAN TETAP, sementara saya belum. Dia sudah PUNYA PENGHASILAN, sementara saya belum. Dia tentu PUNYA ANAK-ANAK ATAU KELUARGA YANG SELALU MERINDUKAN KEDATANGANNYA, sementara saya……”
Nani tidak meneruskan ucapannya. Ia jadi sibuk mengusap air matanya. Mungkin ia teringat sesuatu yang membuatnya sedih. Teman saya ini memang pernah bercerita bahwa selama ini ia dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis.
Sahabat, saya bukan hendak membahas soal teman saya yang bernama Nani itu, keluarganya, atau menyangkut pribadi-pribadi lain. Yang menggelitik saya adalah ucapan Nani yang mengatakan bahwa DIRINYA TIDAK LEBIH BERUNTUNG DARI SEORANG PENGEMIS. Masa sih seorang pengemis lebih beruntung dari seorang Nani yang anak orang kaya, yang jauh lebih cantik, yang bisa menempuh studi sampai perguruan tinggi pula…???
Sahabat, siapapun kiranya, dalam kehidupan di dunia ini pasti MENGHENDAKI KEPUASAN DAN KEBAHAGIAAN. Semua mengendaki CUKUP PANGAN, CUKUP SANDANG, TEMPAT TINGGAL YANG LAYAK, KESEHATAN, dan lain sebagainya. Lalu…, seandainya semua itu telah kita dapatkan, apakah hidup kita nantinya akan benar-benar bahagia, menyenangkan, dan menenteramkan…???
Tentu saja tidak! Semua yang masih bersifat KEBENDAAN selalu TIDAK TETAP alias BERUBAH-UBAH. Jika saat ini kita kemana-mana ditemani BB bisa membuat hati kita senang dan puas. Boleh jadi, minggu depan, atau mungkin bulan depan, BB itu tak bisa lagi memberi kesenangan dan kepuasan pada kita. Semua benda dan semua keadaan yang bergantung pada benda tidak bisa DIPEGANG DENGAN TETAP, TIDAK BISA DIAM, bahkan BISA MENIPU DAN MEMPERDAYA MANUSIA.
Sekarang ini mungkin saja masih ada orang yang menjauhi keramaian dan mengasingkan diri di tempat sepi dengan tujuan MENCARI KEBAHAGIAAN SEJATI, KEBAHAGIAAN YANG MUTLAK, KEBAHAGIAAN YANG TIDAK BERUBAH-UBAH. Orang ini tidak mau TERGODA atau TERTIPU oleh DUNIA KEBENDAAN yang memang punya sifat MENIPU. Lalu… pertanyaannya: mungkinkah orang ini akan berhasil mencapai kebahagiaan sejatinya? Jika memang BISA BERHASIL, apakah ini tidak MENYALAHI KODRATNYA SEBAGAI MANUSIA BERMASYARAKAT…???
Sahabat, BAHAGIA ATAU TIDAK, BERUNTUNG ATAU TIDAK, sebenarnya BUKAN MASALAH selama KITA TIDAK MENGANGGAPNYA SEBAGAI MASALAH. Semua tergantung pada PENGKONDISIAN PIKIRAN DAN BATIN KITA. Jangan sampai Anda tersiksa oleh pikiran Anda sendiri. Sebuah konsep pikiran (mind conception) BERBANDING LURUS dengan kondisi batin Anda. Maka, hati-hati dengan pikiran Anda sendiri! Bahagia atau tidak, berawal dari sini. Salam.
By: Susilo Pranowo
TUHAN YANG DILECEHKAN
Saya kerap membaca STATUS di FB yang isinya
tulisan bermakna EJEKAN atau MERENDAHKAN kepercayaan dan keyakinan orang
lain. Orang bisa bersikap seperti ini tentu karena YAKIN dan MENGANGGAP
kepercayaannya (baca: agamanya) adalah yang MUTLAK PALING BENAR.
Pertanyaannya: apakah memang benar demikian? Tapi kalau memang benar
demikian, apa perlunya mengejek dan merendahkan keyakinan orang lain?
Sahabat, saya suka sekali MENGAMATI kehidupan di sekitar saya. Tidak sedikit ORANG YANG TEKUN IBADAHNYA ternyata hidupnya masih saja berkutat dengan KESULITAN. Sebagian dari orang-orang ini akan sangat tersinggung bila keyakinannya direndahkan. Dia akan membela kebenaran agamanya dengan MULUT NEROCOS (tapi tidak perlu sampai mati-matian. Hehehe…).
Saya kemudian berpikir, orang itu begitu patuhnya kepada Tuhannya, tapi kenapa hidupnya begitu-begitu saja? Ada juga yang terceplos omongan, katanya itu COBAAN DARI TUHAN. Ketika kena tipu orang, ini cobaan. Anaknya jatuh sakit, ini juga cobaan. Sedang jalan keserempet motor, ini cobaan pula. Hidup susah banyak masalah, lagi-lagi ini juga cobaan…. dari Tuhan… tentu saja. Katanya….
Sahabat, orang yang punya keyakinan kebenaran akan Tuhannya otomatis akan membentuk SIKAP MENDEKATKAN diri kepada Tuhan. Dan…, TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MENYENGSARAKAN MANUSIA YANG SELALU MENDEKAT KEPADA-NYA! Hal ini sebenarnya tidak perlu KESADARAN SPIRITUAL TINGGI untuk bisa memahaminya. Gunakan logika sederhana saja.
Jika Tuhan-mu saja tidak pernah memberikan SOLUSI TERBAIK bagi permasalahanmu, kenapa engkau MENGHINA Tuhan orang lain…??? Tengok ke dalam DIRI SENDIRI. Perbaiki SIKAP BER-KETUHAN-an diri sendiri. Tak perlu mempermasalahkan keyakinan orang lain. Jika Tuhan itu benar ada dalam dirimu, maka hanya KASIH-SAYANG yang akan selalu engkau pancarkan dalam setiap tindakan dan tutur katamu.
Sahabat, saya suka sekali MENGAMATI kehidupan di sekitar saya. Tidak sedikit ORANG YANG TEKUN IBADAHNYA ternyata hidupnya masih saja berkutat dengan KESULITAN. Sebagian dari orang-orang ini akan sangat tersinggung bila keyakinannya direndahkan. Dia akan membela kebenaran agamanya dengan MULUT NEROCOS (tapi tidak perlu sampai mati-matian. Hehehe…).
Saya kemudian berpikir, orang itu begitu patuhnya kepada Tuhannya, tapi kenapa hidupnya begitu-begitu saja? Ada juga yang terceplos omongan, katanya itu COBAAN DARI TUHAN. Ketika kena tipu orang, ini cobaan. Anaknya jatuh sakit, ini juga cobaan. Sedang jalan keserempet motor, ini cobaan pula. Hidup susah banyak masalah, lagi-lagi ini juga cobaan…. dari Tuhan… tentu saja. Katanya….
Sahabat, orang yang punya keyakinan kebenaran akan Tuhannya otomatis akan membentuk SIKAP MENDEKATKAN diri kepada Tuhan. Dan…, TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MENYENGSARAKAN MANUSIA YANG SELALU MENDEKAT KEPADA-NYA! Hal ini sebenarnya tidak perlu KESADARAN SPIRITUAL TINGGI untuk bisa memahaminya. Gunakan logika sederhana saja.
Jika Tuhan-mu saja tidak pernah memberikan SOLUSI TERBAIK bagi permasalahanmu, kenapa engkau MENGHINA Tuhan orang lain…??? Tengok ke dalam DIRI SENDIRI. Perbaiki SIKAP BER-KETUHAN-an diri sendiri. Tak perlu mempermasalahkan keyakinan orang lain. Jika Tuhan itu benar ada dalam dirimu, maka hanya KASIH-SAYANG yang akan selalu engkau pancarkan dalam setiap tindakan dan tutur katamu.
TUHAN YANG PALING BAIK
Suatu kali Bendol menggerutu di hadapanku, “ Pusing aku baca
postingan di FB yang suka
mempermasalahkan soal Tuhan… Tuhan lagi!
Tuhan lagi! “
“Emang Tuhan lagi
ngapain, Ndol?” tanyaku bego.
“Itu tuhhh… Di
grup ini…, dikatakan Tuhan ini yang paling
baik. Di grup itu…, ya Tuhan itu yang
paling baik. Emang Tuhan itu ada
berapa sih..???”
“Hehehe…. Kalo ada Tuhan yang paling baik, tentu ada Tuhan
yang biasa-biasa saja baiknya. Ada yang
kurang baik…, atau malah ada yang tidak baik. Hehehe….”
“Kalo aku sih,
biar kata Tuhan bernama Abdul, Ariel, atau Dedy Corbuzet sekalipun, bagiku
TIDAK PENTING. Biar kata Tuhanmu PALING
JAGO, tapi kalo kelakuanmu sehari-hari masih suka embat istri tetangga atau nyolong
barang-barang di kantor, ya… gak ada artinya.”
“Lha biar ada
artinya harus gimana, Ndol…??? “ tanyaku
bego lagi.
“Apapun agamamu,
selama kamu masih suka mengejek dan menghina agama orang lain, itu artinya kamu
tidak mampu memahami ajaran agamamu sendiri. Dan sadarkah kamu jika apa yang
kamu lakukan itu justru MENCORENG AGAMAMU sendiri..???!!!”
“Eh, koq kamu
jadi marah kepadaku, Ndol….?” Aku tersenyum kecut.
“Sori… sori… aku
tidak marah, Cuma menuangkan UNEG-UNEG saja.”
“Lalu…?”
“Perlu kamu
ketahui… bahwa KEAGUNGAN dan KEBENARAN
ORANG-ORANG SUCI, baik zaman
dulu… sekarang… ataupun nanti justru TERLETAK PADA KESEDERHANAAN,
KEWAJARAN, KETERBUKAAN yang mereka
miliki. Dan dari situ TERPANCAR SIFAT
WELA ASIH, yang BUKAN CUMA DALAM UCAPAN,
juga TERLEBIH PADA PERBUATAN. Jadi, kalo ada orang yang suka koar-koar MERENDAHKAN
DAN MENGHINA orang lain, artinya orang itu MASIH JAUH.”
“O, begitu ya,
Ndol. Okelah sekarang sudah waktunya makan
siang. Hutangmu pada Mbok Nah sudah kamu bayar belom?”
Bendol ganti yang
tersenyum kecut.
“Okelah, kali ini
aku yang bayar lagi. Hehehe….”
Aku dan Bendol
pun makan siang. Bendol tampak begitu
lahap menikmati SOTO AYAM-nya. Tampaknya dia sudah lupa kalo baru saja
marah-marah soal Tuhan.
By: Susilo Pranowo
Langganan:
Postingan (Atom)