Senin, 09 Desember 2013

BUPATI DAN PRESIDEN SAMA SAJA

Di halaman GEDUNG PEMERINTAHAN.
Bejo terperangah sekaligus tersenyum senang, saat melihat sosok orang di kejauhan sana. Orang itu memakai setelan jas rapi, diapit orang-orang berpakain resmi pula. Sementara tidak jauh darinya tampak belasan polisi berseragam.
“Orang itu pasti PRESIDEN…,” pikir Bejo.
Tapi benarkah dia presiden? Bejo bertanya kepada seorang remaja yang melintas di hadapannya. Jawaban yang didapatnya, ternyata si orang berjas adalah BUPATI.

Bejo lalu melanjutkan perjalanannya. Kali ini ia melihat lelaki berjas rapi yang baru turun dari mobil sedan mengkilat mahal. Di depan dan belakang sedan, tampak puluhan polisi bermotor. Semua orang tampak menunduk hormat.
“Nah, kalo itu pasti PRESIDEN…!
“Bukan!” sahut lelaki kumal yang mendengar gumaman Bejo.
“Kalau bukan presiden, lalu siapa?” buru Bejo.
“Dia kan GUBERNUR!” jawab si lelaki berpakaian kumal, tegas.
“Oooo….” Bejo melongo. Lalu berjalan menjauh sambil garuk-garuk kepala.

Sahabat…., cerita tentang Bejo di atas hanyalah ANALOGI yang mewakili sebuah “pencarian”. Benarkah TUHAN yang selalu kita jadikan TUMPUAN DOA kita adalah TUHAN YANG SEBENAR-BENARNYA TUHAN…????
Sosok Tuhan yang menurut PEMIKIRAN KITA adalah yang begini-begitu, jangan-jangan.... cuma “bupati” atau “gubernur” saja….???
TUHAN ataukah IBLIS ataukah SETAN JAHANAM sekalipun, bukankah akan sama saja di mata ORANG BUTA? Dia pasti tak akan mendapat “JALAN BENAR” karena “APA YANG MENJADI TUJUANNYA SUDAH SALAH”.
Dan sebaliknya, ORANG MELEK pun tetap akan KELIRU LANGKAH bila NAVIGASINYA tidak bagus. Navigasi bagus tapi TIDAK UP TO DATE, ya sama juga sami mawon…. Hehehe…..
By: Susilo Pranowo

DARIMANA PENCERAHAN ITU?

Suatu hari aku mendapati Jon Koplo sedang menikmati secangkir kopi di teras rumahnya.
"Orang sekarang sukanya bicara PENCERAHAN..., PENCAPAIAN..., KEBEBASAN ROH..., de-el-el..., emang semua itu ada pentingnya...?"
"Lha menurut kamu ada pentingnya enggak?" buruku.
"Enggak hanya sekadar diomongkan."
"Pencerahan itu bukankah jalan terang?"
"Yup! Tapi TERANG itu hanya dibutuhkan tatkala seseorang berada dalam GELAP...?"
"Tapi berada dalam terang tidak menjamin seseorang berada dalam BENAR?" buruku.
"Kebalik kamu! Seseorang harus berada dalam BENAR dulu, baru kemudian mendapat TERANG alias TERCERAHKAN."
"Ah, masa iya begitu?"
"Bagaimana mungkin seseorang akan mendapat pencerahan bila pijakannya tidak benar? Atau..., bagaimana mungkin seseorang mendapat pencerahan bila orang itu berada di ZONA NYAMAN tanpa adanya kepedulian akan benar atau salah."
"Ah, masa iya begitu?"
"Pencerahan hanya akan datang pada orang yang benar-benar RINDU KEPADA TUHAN."
"Eh ngomong dingomong, pencerahan itu apa sih?"
Jon Koplo tidak menjawab. Malah mengejakku masuk ke WARUNG NASI. Aku sih nurut saja. Rezeki mana boleh ditolak. Hehehehe...

"Kalo satu piring masih kurang, kamu boleh nambah," kata Jon Koplo kemudian.
Aku mengangguk saja, lalu nambah separo tapi ganti lauk.
"Sudah kenyang kamu sekarang?"
"Iya," kataku sambil mengendorkan ikat pinggang.
"Sebelum kesini, tadi apa kamu merasa lapar?"
"Iya."
"Masih pengin tahu apa arti pencerahan?"
"Oh iya, tadi kamu belum jawab kan...."
"Jawabnya kira-kira sama dengan keadaan ketika kamu belum ke warung ini, lalu duduk makan bersamaku di sini, kemudian kamu merasa terpuaskan berada di sini. Lalu kamu sadar bila kamu telah terbebas dari RASA LAPAR."
"Maksudnya....?" aku garuk-garuk kepala.
"Sini aku bisikkan ke telingamu."
Segera aku pasang telingaku.
Jon Koplo berbisik, "MAKANAN yang biasa kamu makan sejak dulu-dulu itu membuat aliran darahmu KACAU, ginjalmu penuh RACUN, napasmu BAU! Tapi kamu sama sekali TIDAK MENYADARI itu!"
Aku bengong.
Tanpa sadar garuk-garuk kepala lagi.

PENCERAHAN TIDAK AKAN PERNAH DATANG DARI SESUATU YANG TIDAK CERAH..

Senin, 17 Juni 2013

BANYAK DARI KITA TIDAK LEBIH PINTAR DARI MONYET


Di Afrika, konon ada satu suku yang gemar MAKAN DAGING MONYET. Dari berbagai macam cara mereka berburu monyet, ada satu yang sangat unik. Mereka menggunakan alat semacam KENDIL (bejana yang bermulut kecil namun luas di bagian dalam).

Kendil itu mereka ikat pada batu atau pohon besar. Di dalam kendil diisi KACANG, dan sebagian lagi dibiarkan berserak di luar. Monyet yang datang biasanya akan memakan kacang yang berserak di luar kendil lebih dulu. Dan ketika kacangnya habis, ia akan memasukkan tangannya ke mulut kendil untuk mengambil kacang yang ada di dalamnya.

Alhasil, monyet tersebut tidak bisa mengeluarkan tangannya dari mulut kendil, karena ia tak mau melepaskan kacang yang berada dalam genggamannya. Dan si monyet pun tertambat terus di tempat itu sampai sang pemburu datang. Sebetulnya si monyet bisa saja melarikan diri, tapi ia tetap BERSIKUKUH tak mau melepas kacangnya.

Sahabat…, sampai kapan si monyet bisa menyadari keadaannya ini…??? Ternyata sampai AJAL MENJEMPUTNYA, ia tak pernah sadar akan KEBODOHANNYA. Kacang dalam genggamannya baru terlepas manakala ia TELAH MATI DISEMBELIH!

Sahabat…, cerita di atas hanyalah PASEMON  yang mungkin bisa mengingatkan kita semua bahwa…. betapa kita TIDAK SADAR telah terjebak  dalam COMFORT ZONE.  Zona nyaman ini membuat diri kita TER-ISOLASI  dari hal-hal yang KREATIF-INOVATIF. Kita takut melakukan SESUATU YANG BERBEDA dari kebiasaan.  Saat DUNIA LUAR telah bergerak maju, tanpa sadar hal itu telah menempatkan kita dalam kondisi STAGNAN yang pada akhirnya berakibat KETERPURUKAN.

Seorang PENGUSAHA akan sulit maju bila ia tidak bisa melepaskan diri dari zona nyamannya. Ide-ide yang kemungkinan bisa menghasilkan daya hentak luar biasa kadang hanya KANDAS oleh BAYANG-BAYANG TAKUT AKAN GAGAL.

Bahkan ada orang (maaf) MISKIN tapi SOMBONGNYA sundhul langit. Amit-amit….. Katanya, ia sedang DICOBA ATAU DIUJI oleh Tuhan! Hehehe…

Tanpa disadari orang ini telah terjebak dalam ZONA KEMISKINANNYA. Padahal kalau ia mau, ia bisa melepaskan diri dari kemiskinannya itu, karena ia PUNYA KESEMPATAN DAN PELUANG YANG SAMA DENGAN YANG LAIN. Bukankah Tuhan itu maha adil?

ORANG BODOH yang tak mau belajar akan selalu mendapat JATAH LEBIH SEDIKIT dari ORANG PINTAR.                  Sementara, ORANG RAJIN YANG BEKERJA LEBIH PINTAR tak pernah berhenti BELAJAR untuk mendapatkan ide-ide baru. Dan bila suatu kali ia GAGAL, ia tak akan pernah MENGKAMBINGHITAMKAN TUHAN! Kegagalan bukan takdir Tuhan, karena kegagalan BUKAN HASIL AKHIR.

So, mari kita bekerja LEBIH SMART!                                                                                                                                                                        
By: Susilo Pranowo


Minggu, 24 Februari 2013

GELAR HAJI (MEMANG) BUKAN JAMINAN UNTUK MENJADI MANUSIA YANG BAIK


Kemarin saya mendapat telpon dari salah seorang konsumen saya untuk datang ke rumahnya. Konsumen saya ini complain atas NEON BOX PRAKTEK DOKTER pesanannya, YANG SUDAH SAYA PASANG 1 BULAN YANG LALU. Kata orang ini, hurufnya kekecilan dan minta diperbesar. Tapi… (maaf) konsumen saya ini BERGELAR HAJI, tapi sungguh kata-kata yang keluar dari mulutnya SANGAT KASAR dan SOK KAYA. Saya berusaha menekan perasaan saya AGAR TIDAK TERSINGGUNG dan TERPANCING EMOSI. Dan untunglah saya sudah biasa MENEMPATKAN DIRI SAYA BERADA DI BAWAH. Dan saya selalu berusaha untuk menjauhi sifat ADIGANG-ADIGUNG-ADIGUNA. Sehingga, tidak terjadi PERTENGKARAN yang pasti akan berakibat TIDAK BAIK.

Sahabat, saya sering bilang bahwa saya AMAT SUKA MENGAMATI APA YANG TERJADI DI SEKITAR SAYA. Dengan tambahan persitiwa seperti di atas, rasa-rasanya SEMAKIN MEMBENARKAN PERSEPSI SAYA bahwa GELAR HAJI MEMANG BUKAN JAMINAN UNTUK MENJADI MANUSIA YANG BAIK. Dan bagi saya, ORANG BAIK tidak diukur dari BERAPA KALI SEHARI DIA PERGI KE MASJID atau BERAPA JAM DALAM SEHARI DIA MENYISIHKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA KITAB SUCI. ORANG BAIK, menurut saya adalah BAGAIMANA DIA PUNYA PERILAKU TERPUJI KEPADA SESAMA. Orang baik adalah orang yang HALUS TUTUR KATANYA dan LUHUR BUDI PEKERTINYA.

Saya jadi teringat SINETRON USTADZ FOTOCOPY yang masih tayang di SCTV. Di situ ada tokoh bergelar HAJI JAMAL HAJI TIGA KALI. Kelakuannya….? Masya Allah…. Kasar, galak, pelit, dan…. RENTENIR PULA! Mungkinkah ORANG SEPERTI HAJI JAMAL itu benar-benar ada dalam KEHIDUPAN SEHARI-HARI…? Kalau memang benar ada, saya jadi ingin PROTES KEPADA ALLAH SWT…. Kenapa ORANG BERBUDI RENDAH seperti itu koq “DIIZINKAN” bergelar HAJI…????!!! Sungguh, haji-haji yang seperti itu CUMA MENODAI AGAMA SAJA…!!!!
By: Susilo Pranowo (yang lagi suntuk)

KONSEP PIKIRAN

Dulu saya punya teman jauh yang sedang kuliah di Samarinda, Kaltim. Teman saya ini, namanya Nani, suatu kali mendatangi saya yang berada di Surabaya. Kebetulan kami berdua punya hobi yang sama, yaitu SUKA PERGI-PERGI NAIK KENDARAAN UMUM TANPA TUJUAN. Ya, Anda tidak salah baca, memang PERGI TANPA TUJUAN. Sebuah hobi yang cukup NYLENEH, tapi memang begitulah adanya saya waktu itu.

Waktu itu kami berdua berada di Terminal Bungurasih, hendak ke Madiun atau ke Malang, saya lupa. Di dalam bus ada seorang perempuan berpakaian lusuh sedang minta-minta. Teman saya memberikan beberapa keping uang logam. Setelah perempuan peminta-minta itu pergi, Nani berkata, “ Orang itu LEBIH BERUNTUNG dari saya, Sus. Dia sudah PUNYA PEKERJAAN TETAP, sementara saya belum. Dia sudah PUNYA PENGHASILAN, sementara saya belum. Dia tentu PUNYA ANAK-ANAK ATAU KELUARGA YANG SELALU MERINDUKAN KEDATANGANNYA, sementara saya……”

Nani tidak meneruskan ucapannya. Ia jadi sibuk mengusap air matanya. Mungkin ia teringat sesuatu yang membuatnya sedih. Teman saya ini memang pernah bercerita bahwa selama ini ia dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis.
Sahabat, saya bukan hendak membahas soal teman saya yang bernama Nani itu, keluarganya, atau menyangkut pribadi-pribadi lain. Yang menggelitik saya adalah ucapan Nani yang mengatakan bahwa DIRINYA TIDAK LEBIH BERUNTUNG DARI SEORANG PENGEMIS. Masa sih seorang pengemis lebih beruntung dari seorang Nani yang anak orang kaya, yang jauh lebih cantik, yang bisa menempuh studi sampai perguruan tinggi pula…???

Sahabat, siapapun kiranya, dalam kehidupan di dunia ini pasti MENGHENDAKI KEPUASAN DAN KEBAHAGIAAN. Semua mengendaki CUKUP PANGAN, CUKUP SANDANG, TEMPAT TINGGAL YANG LAYAK, KESEHATAN, dan lain sebagainya. Lalu…, seandainya semua itu telah kita dapatkan, apakah hidup kita nantinya akan benar-benar bahagia, menyenangkan, dan menenteramkan…???

Tentu saja tidak! Semua yang masih bersifat KEBENDAAN selalu TIDAK TETAP alias BERUBAH-UBAH. Jika saat ini kita kemana-mana ditemani BB bisa membuat hati kita senang dan puas. Boleh jadi, minggu depan, atau mungkin bulan depan, BB itu tak bisa lagi memberi kesenangan dan kepuasan pada kita. Semua benda dan semua keadaan yang bergantung pada benda tidak bisa DIPEGANG DENGAN TETAP, TIDAK BISA DIAM, bahkan BISA MENIPU DAN MEMPERDAYA MANUSIA.

Sekarang ini mungkin saja masih ada orang yang menjauhi keramaian dan mengasingkan diri di tempat sepi dengan tujuan MENCARI KEBAHAGIAAN SEJATI, KEBAHAGIAAN YANG MUTLAK, KEBAHAGIAAN YANG TIDAK BERUBAH-UBAH. Orang ini tidak mau TERGODA atau TERTIPU oleh DUNIA KEBENDAAN yang memang punya sifat MENIPU. Lalu… pertanyaannya: mungkinkah orang ini akan berhasil mencapai kebahagiaan sejatinya? Jika memang BISA BERHASIL, apakah ini tidak MENYALAHI KODRATNYA SEBAGAI MANUSIA BERMASYARAKAT…???

Sahabat, BAHAGIA ATAU TIDAK, BERUNTUNG ATAU TIDAK, sebenarnya BUKAN MASALAH selama KITA TIDAK MENGANGGAPNYA SEBAGAI MASALAH. Semua tergantung pada PENGKONDISIAN PIKIRAN DAN BATIN KITA. Jangan sampai Anda tersiksa oleh pikiran Anda sendiri. Sebuah konsep pikiran (mind conception) BERBANDING LURUS dengan kondisi batin Anda. Maka, hati-hati dengan pikiran Anda sendiri! Bahagia atau tidak, berawal dari sini. Salam.
By: Susilo Pranowo

TUHAN YANG DILECEHKAN

Saya kerap membaca STATUS di FB yang isinya tulisan bermakna EJEKAN atau MERENDAHKAN kepercayaan dan keyakinan orang lain. Orang bisa bersikap seperti ini tentu karena YAKIN dan MENGANGGAP kepercayaannya (baca: agamanya) adalah yang MUTLAK PALING BENAR. Pertanyaannya: apakah memang benar demikian? Tapi kalau memang benar demikian, apa perlunya mengejek dan merendahkan keyakinan orang lain?
Sahabat, saya suka sekali MENGAMATI kehidupan di sekitar saya. Tidak sedikit ORANG YANG TEKUN IBADAHNYA ternyata hidupnya masih saja berkutat dengan KESULITAN. Sebagian dari orang-orang ini akan sangat tersinggung bila keyakinannya direndahkan. Dia akan membela kebenaran agamanya dengan MULUT NEROCOS (tapi tidak perlu sampai mati-matian. Hehehe…).
Saya kemudian berpikir, orang itu begitu patuhnya kepada Tuhannya, tapi kenapa hidupnya begitu-begitu saja? Ada juga yang terceplos omongan, katanya itu COBAAN DARI TUHAN. Ketika kena tipu orang, ini cobaan. Anaknya jatuh sakit, ini juga cobaan. Sedang jalan keserempet motor, ini cobaan pula. Hidup susah banyak masalah, lagi-lagi ini juga cobaan…. dari Tuhan… tentu saja. Katanya….
Sahabat, orang yang punya keyakinan kebenaran akan Tuhannya otomatis akan membentuk SIKAP MENDEKATKAN diri kepada Tuhan. Dan…, TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MENYENGSARAKAN MANUSIA YANG SELALU MENDEKAT KEPADA-NYA! Hal ini sebenarnya tidak perlu KESADARAN SPIRITUAL TINGGI untuk bisa memahaminya. Gunakan logika sederhana saja.
Jika Tuhan-mu saja tidak pernah memberikan SOLUSI TERBAIK bagi permasalahanmu, kenapa engkau MENGHINA Tuhan orang lain…??? Tengok ke dalam DIRI SENDIRI. Perbaiki SIKAP BER-KETUHAN-an diri sendiri. Tak perlu mempermasalahkan keyakinan orang lain. Jika Tuhan itu benar ada dalam dirimu, maka hanya KASIH-SAYANG yang akan selalu engkau pancarkan dalam setiap tindakan dan tutur katamu.

TUHAN YANG PALING BAIK



Suatu kali Bendol menggerutu di hadapanku, “ Pusing aku baca postingan di FB yang  suka mempermasalahkan soal Tuhan…  Tuhan lagi! Tuhan lagi! “
     “Emang Tuhan lagi ngapain, Ndol?” tanyaku bego.
     “Itu tuhhh… Di grup ini…, dikatakan Tuhan ini yang paling  baik. Di grup itu…, ya Tuhan itu yang  paling baik.  Emang Tuhan itu ada berapa sih..???”
     “Hehehe….  Kalo ada Tuhan yang paling baik, tentu ada Tuhan yang  biasa-biasa saja baiknya. Ada yang kurang baik…, atau malah ada yang tidak baik.  Hehehe….”
     “Kalo aku sih, biar kata Tuhan bernama Abdul, Ariel, atau Dedy Corbuzet sekalipun, bagiku TIDAK PENTING.  Biar kata Tuhanmu PALING JAGO, tapi kalo kelakuanmu sehari-hari masih suka embat istri tetangga atau nyolong barang-barang di kantor, ya… gak ada artinya.”
     “Lha biar ada artinya  harus gimana, Ndol…??? “ tanyaku bego lagi.
     “Apapun agamamu, selama kamu masih suka mengejek dan menghina agama orang lain, itu artinya kamu tidak mampu memahami ajaran agamamu sendiri. Dan sadarkah kamu jika apa yang kamu lakukan itu justru MENCORENG AGAMAMU sendiri..???!!!”
     “Eh, koq kamu jadi marah kepadaku, Ndol….?” Aku tersenyum kecut.
     “Sori… sori… aku tidak marah, Cuma menuangkan UNEG-UNEG saja.”
     “Lalu…?”
     “Perlu kamu ketahui… bahwa KEAGUNGAN dan KEBENARAN  ORANG-ORANG SUCI,  baik zaman dulu… sekarang… ataupun nanti justru TERLETAK PADA KESEDERHANAAN, KEWAJARAN,  KETERBUKAAN yang mereka miliki. Dan dari situ TERPANCAR  SIFAT WELA ASIH,  yang BUKAN CUMA DALAM UCAPAN, juga TERLEBIH PADA PERBUATAN. Jadi, kalo ada orang yang suka koar-koar  MERENDAHKAN  DAN MENGHINA orang lain, artinya orang itu MASIH JAUH.”
     “O, begitu ya, Ndol. Okelah sekarang  sudah waktunya makan siang. Hutangmu pada Mbok Nah sudah kamu bayar belom?”
     Bendol ganti yang tersenyum kecut.
     “Okelah, kali ini aku yang bayar lagi. Hehehe….”
     Aku dan Bendol pun makan siang.  Bendol tampak begitu lahap menikmati  SOTO AYAM-nya.  Tampaknya dia sudah lupa kalo baru saja marah-marah soal Tuhan.
By: Susilo Pranowo