Seorang marifat tidak hanya belajar dari buku-buku…, dari
petuah-petuah…, karena seluruh alam dan segala isinya adalah guru yg memberikan
pelajaran dalam keheningan dan dalam keramaian, baik yg kelihatan maupun yg tak
kelihatan. Dirinya adalah bagian dari alam…, adalah alam itu sendiri. Dia tidak
besar, tidak juga kecil. Dia adalah bersama… antara ada dan tidak ada.
Seorang marifat tdk
pernah merasa kehilangan… karena setiap saat dia telah menerima. Dia tidak pernah merasa sakit… karena sakit
itu adalah kedemikianan yang ada. Dia tidak sakit hati saat dihina… karena
kehinaan itu memang dirinya.
Seorang marifat tidak menghitung-hitung pahala…, tidak
merindukan surga…, karena surga bukanlah tempat…, surga adalah suasana…, dan
suasana surga itu telah dia ciptakan sendiri dalam hatinya, dalam sikap
batinnya…, dalam kesadaran pikir dan roh-nya.
Seorang marifat akan menyelam dalam kedalaman yg paling dalam. Dia belajar dari pandangan
matanya…, belajar dari suara yg menyentuh indera pendengarnya…, belajar dari
rasa yg menyentuh kulit… dan yg menyentuh kalbunya. Dia tidak pernah diam…,
karena setiap gerak adalah dirinya. Dia lebur dan larut dalan kedemikianan. Dia
MENJADI GARAM untuk memberikan rasa pada semua makhluk. Dia hilang… tapi rasa
yg diberikannya tetap dapat dirasakan. Dia lebur MENJADI RAGI… lebur dan hilang
untuk merubah sifat terhadap apa yg didekatinya.
Seorang marifat melempar jauh KEAKUANNYA… karena dia bukan
siapa-siapa dan bukan apa-apa. Dia adalah bagian yg tanpa bagian. Dia mampu
membaca dalam kebutaan…. Mampu mendengar dalam ketuliannya… karena dia adalah
RASA.
Glodok, 3 Juni 2018. 6.30 AM
Tetap buanglah sampah di tempatnya.
Jika menanam pohon, terus jaga dan rawatlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.