Siang itu Udin sedang bermain seorang diri. Tiba-tiba ia mendengar suara ayahnya memanggil.
“Belilah nasi,” perintah sang ayah seraya
menyodorkan sejumlah uang.
Tanpa pikir panjang, Udin pergi RUMAH MAKAN PADANG. Walau untuk itu ia harus
berjalan cukup jauh. Terpanggang terik matahari pula. Tapi sesampai di rumah,
nasi itu cuma disuruh meletakkan di meja. Tanpa disentuh oleh sang ayah.
“Belilah nasi lagi,” untuk kedua kalinya
sang ayah memberi perintah yang sama, tentu saja sambil memberikan sejumlah
uang.
Udin termasuk ANAK YANG PATUH. Meski
pikirannya dipenuhi tanda tanya, ia
melaksanakan juga perintah ayahnya. Kali
ini ia beli di WARTEG. Tempatnya tidak seberapa jauh. Tapi di warteg itu, ia
harus rela antri setengah jam.
Tapi…, sesampai di rumah sang ayah juga
menyuruh meletakkan nasi itu di meja. Sang ayah memberi uang lagi. “Belilah
nasi,” perintah ini terulang untuk ketiga kalinya.
Udin tidak menggerutu. Tapi kali ini ia membeli
nasinya cuma di WARUNG KECIL DEKAT RUMAHNYA. Dan ia pun kembali ke rumah.
“Makanlah…,” perintah sang ayah.
Udin terdiam seperti ingin mendengar
penjelasan dari ayahnya.
“Aku tahu siang ini waktunya makan…,” ujar
sang ayah, “Maka kusuruh engkau beli nasi.
Sayangnya engkau salah menafsirkan perintah ayah. Engkau beli NASI
PADANG, makanan yang TERLALU PEDAS TIDAK
BAIK BAGI LAMBUNGMU? Engkau beli NASI
WARTEG, yang masakannya terlalu banyak VITSIN.
Bahan kimia itu juga tidak baik bagi kesehatanmu. Lalu ketika ayah tahu
engkau beli NASI DI WARUNG SEBELAH, ayah segera menyuruhmu MEMAKANNYA, karena
ayah tahu NASI PECEL CUKUP MENGANDUNG GIZI, dan engkau JUGA MENYUKAINYA.”
Sahabat…., cerita di atas
hanya sebuah ANALOGI. Ketika kita
MENJALANKAN PERINTAH TUHAN, itu dimaksudkan untuk KEBAIKAN MANUSIA ITU SENDIRI.
Bukan untuk KEPENTINGAN TUHAN. Tuhan tidak butuh DISEMBAH, DIPUJI,
DIAGUNG-AGUNGKAN. Tanpa disembah, Tuhan tetap DZAT YANG MAHA BESAR DAN MAHA
BERKUASA. Tanpa dipuji dan diagung-agungkan,
Tuhan tetap DZAT YANG MAHA BAIK DAN PENUH KASIH.
Faktanya…., banyak di
antara kita jadi UDIN-UDIN YANG SALAH MENG-INTERPRETASI-KAN PERINTAH TUHAN.
Kita memakai CARA YANG BERLIKU-LIKU DAN MEREPOTKAN untuk melaksanakan perintah. Bagi yang sudah tahu CARA YANG MUDAH, mungkin
sekali dia akan bilang, “Ah, gitu aja koq repot!”
By: Susilo Pranowo