Berkat permainan super licin, Patih Sangkuni berhasil
membujuk Resi Durna untuk membantu siasat Kurawa, yaitu MELENYAPKAN PANDHAWA!
Sasaran utamanya adalah Raden Wrekudara
alias Arya Bimasena dan Raden Janaka alias Harjuna. Kalau 2 orang ini sudah GAME
OVER, saudaranya yg lain akan mudah dibinasakan. Skala prioritasnya adalah Sang
Bimasena, yang dianggap paling sakti di Pandhawa.
Sang Bima yang saat
itu sudah menyelesaikan sesi latihan ragawinya kemudian diutus sang Guru Resi
Durna untuk mencari TIRTA PRAWITASARI atau air kehidupan, guna menyucikan
bathin sang Bima demi kesempurnaan hidupnya. Air itu harus dicari di hutan
Tibaksara di gunung Reksamuka.
Ketika Bima menghadap
ibunya, Dewi Kunthi, saudara-saudaranya yang lain mengingatkan bahwa kemungkinan
besar ini hanya jebakan Sengkuni. Karena,
HUTAN TIBAKSARA sudah terkenal sebagai
"alas gung liwang liwung, sato mara, sato mati" (hutan raya
tak tertembus, semua makhluk yang masuk pasti mati).
Tapi Bima tetap
teguh pada pendiriannya. Baginya, perintah guru adalah JALAN KEBENARAN. Perintah
Guru tidak mungkin ditolaknya meskipun karena itu dia harus menyerahkan
jiwanya. Melihat ketetapan hati anaknya, sang Ibu akhirnya merestuinya. Dengan
linangan air mata, sang Bima dilepaskan dengan hanya berbekal DOA TULUS seorang
ibu.
Singkat cerita, sang Bima telah berangkat menjalankan tugas dari
gurunya. Seluruh hutan sudah dijelajahinya. Seluruh bukit telah didaki. Seluruh
lembah telah dituruni. Tapi yang dicari tak kunjung ditemui.
Sang Bima tanpa
sengaja membangunkan 2 raksasa penunggu hutan bernama Rukmuka dan Rukmakala
yang lagi enak-enak tidur. Perkelahian segera terjadi dan 2 raksasa itu
terbunuh oleh Sang Bima. Tirta prawitasari tetap tak dapat ditemukan.
Menyadari bahwa
yang dicarinya tidak ada, Sang Bima kembali menghadap sang guru Durna. Sang guru
kaget. Pencarian Tirta Prawitasari adalah MISI BUNUH DIRI bagi sang Bima. Tapi kok
bisa-bisanya sang Bima keluar hidup-hidup dari hutan Tibaksara. Durna yg
sebenarnya berwatak11-12 dg Sengkuni lalu menyuruh Bima untuk melakukan yang
lebih sulit. Tirta Prawitasari harus dicari di kedalaman lautan!
Dasar Bima orang
jujur yg menganggap orang lain juga sejujur dirinya, ia sendika dawuh saja. Tanpa
banyak bertanya, apalagi meragukan perintah sang Guru, Sang Bima langsung
berangkat.
Misi licik sang guru
Durna dilaksanakan tanpa sak wasangka apapun. Setelah mengaduk-aduk seisi
lautan, muncullah seekor naga yang menghalangi jalan Bima. Naga itu pun tak berdaya
menghadapi kesaktian Bima. Tapi yang dicarinya tidak juga ditemukan.
Ditengah kebingungannya, Bima menemukan MAKHLUK
KENYERUPAI DIRINYA dalam ukuran yang lebih kecil, sedang meniti ombak lautan,
mendekati dirinya. Mahluk itu memperkenalkan dirinya sebagai SANG DEWA RUCI, sang suksma sejatinya, diri Bima yang
sebenarnya. Setelah terjadi perbincangan serius, yg hanya bisa dimengerti oleh
sang Bima pribadi, akhirnya Sang Bima masuk ke dalam wadag Sang Dewa Ruci
melalui kuping kirinya, dan mendapat penjelasan lebih lanjut tentang HIDUP
SEJATINYA.
Sahabat....
Untuk mendapatkan
"inti pengetahuan sejati" (Tirta Prawitasari) Sang Bima harus
menempuh ujian fisik dan mental sangat berat. Hutan Tibaksara adalah lambang
TAJAMNYA CIPTA. Seseorang yg telah mencapai tajamnya cipta, akan sangat hati2
dalam bicara, berpikir, dan bertindak. Karena ia bersifat IDU GENI, cetusan dr
pikiran dan ucapannya akan menjadi kenyataan. Maka, jika ada orang yg suka
MOLAK-MOLIK ILAT, isuk dele sore tempe, ia tergolong MASIH JAUH.
Gunung Reksamuka lambang
DALAMNYA PEMAHAMAN. Sang Bimasena tidak akan mampu menuntaskannya tanpa
membunuh raksasa Rukmaka sebagai lambang KEKAYAAN dan Rukmakala lambang
KEMULIAAN . Maka hanya dengan mengendalikan nafsu duniawinya, manusia akan bisa
mencapai tataran rohani tertinggi. Sebaliknya, jika masih terikat dan melekat
dg harta benda, pangkat derajat, dan menginginkan kehormatan, manusia pada
level ini juga MASIH JAUH.
Perjalanan Bima
menyelam ke dasar laut diartikan dengan SAMUDERA
PENGAMPUNAN. Jika masih menyimpan dendam amarah, ingin menjatuhkan orang lain,
manusia ini juga tergolong MASIH JAUH. Membunuh Naga yang mengganggu jalan
adalah simbol MELENYAPKAN KEBURUKAN DIRI SENDIRI. Di dalamnya terkandung tidak
berkeinginan mengumbar aib orang lain. Maka jika ada orang seperti ini, ia juga
tergolong MASIH JAUH.
So..., jika ada yg
merasa MASIH JAUH, bersyukurlah. Artinya, sdh ada kesadaran untuk menjadi
dekat. Tentu saja akan berbalik 180 derajat, jika ada yg masih jauh tidak
menyadari dirinya masih jauh.
Perjalanan tasawuf menukik ke dalam diri sendiri. Dengan kesadaran
sendiri. Tidak bisa dipaksa. Masing-masing orang punya perjalanannya sendiri.
Tidak mungkin sama. Dan tidak mungkin dipaksakan untuk sama.
Rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.