Selasa, 19 Februari 2019

BAHASA KALBU




Ada yg aneh dari kebiasaan Mbah Karso Mletho. Bukan segelas kopi yg dia minta. Kali ini dia minta teh kental pahit. Mungkin ada yg kurang beres dg pencernaannya.
"Ketika manusia sdh menemukan jatidirinya, dia akan tahu bahwa tidak ada tataran bahasa tertinggi kecuali BAHASA KALBU."
    Celoteh lelaki tua itu memaksaku menyulut rokok. Sambil menyedotnya dalam, hasrat muncul ingin tahu lebih lanjut.
    "Hanya dengan bahasa kalbu..., orang akan tahu dan ikut merasakan kesedihan orang lain, tanpa orang lain itu berkata apa2. Dia akan bahagia saat menerima pancaran kebahagiaan dr orang2 di sekelilingnya."
   "Ah, mosok to, Mbah?" gurauku. "Lah kepriwe olehe bisa melajari, Mbah?"
   "Belajarnya tdk pakai buku, tidak pakai guru. Hanya bisa dicapai dg LAKU. Belajarnya tiap hari. Ujiannya pun tiap hari. Ijazahnya diterima SETELAH MATI. Orang yg masih pekok bahasa kalbu, tidak akan berani menyuarakan apa2 walau tahu ada ketidakadilan di depan matanya. Syahwat egonya-lah yg membuatnya pekok, mati rasa dan mati kepedulian."
   "Sik... sik..., Mbah...," potongku. "Belajar koq tanpa buku tanpa guru..., ki piye nalare? Belajar jadi orang baik pasti ada tuntunannya."
   "Menjadi orang baik itu buat apa?"
   "Ya tentu saja agar menjadi orang yg berguna to, Mbah."
   "Ketika sdh menjadi orang berguna, lalu pada akhirnya akan bagaimana?"
   "Kalau mati biar masuk surga."
   Mbah Karso Mletho tersenyum, lalu nyeruput teh paitnya. "Surga... jika engkau pelajari dan engkau cari lewat tulisan di buku, surga itu pun akan kau dapatkan hanya berupa tulisan. Berupa angan2 dan khayalan. Jika kau mencari surga itu juga hanya dari kata JARENE, maka bisa jadi surgamu itu juga masih JARENE."
   "Lah, terus kepriwe, Mbah?"
   "Bahasa pikiran hanya mampu menerima input berupa sesuatu yg riil, kasat mata. Kalau sesuatu itu tdk riil,  inputnya berupa praduga, kira2, kemungkinan, gek ngono gek ngene. Dan itu bisa salah.
   " Mbuh Mbah, pusing."
   "Pusing tanda mau mengerti. Jangan banyak berangan-angan jika tdk ingin kecewa. Jangan banyak berkhayal jika tdk ingin sakit jiwa."
   "Mbuh Mbah, pusing."
   "Pusing tanda mau mengerti."
   Demikianlah.
   Glodok, 14022019, 06.51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.