Selasa, 19 Februari 2019

WAHYU MAKUTARAMA




   Para dewa mengabarkan kepada para insan marcapada, bahwa telah ada MAHKOTA yang diberi nama Sri Batara Rama. Barangsiapa memiliki mahkota itu, akan menjadi sakti, dan kelak akan menurunkan raja-raja si Jawa. Karena berkaromah menurunkan raja-raja,  wahyu tersebut kemudian dinamakan sbg sebagai WAHYU MAKUTARAMA.

   Prabu Duryudana dari Astina mengutus Adipati Karna untuk memperoleh mahkota sekaligus wahyu tadi. Adipati Karna, dengan diiringi para senapati Kurawa, pergi menemui Begawan Kesawasidi di pertapaan Kutharunggu,  yang diyakininya bahwa sang begawan-lah yg membawa Wahyu Makutarama.
    Kesawasidi mengatakan dia tidak punya Makutarama. Adipati Karna tidak percaya dan marah, lalu melepaskan panahnya tanpa berpikir panjang. Beruntung ada Anoman, pendamping Kesawasidi. Panah itu ditangkap Anoman, kemudian dipersembahkan kepada Kesawasidi. Tapi bukannya dipuji, Anoman malah ditegur Kesawasid. Karena, tindakan Anoman tsb dapat dipandang sebagai meragukan kesaktian sang begawan.

Setelah Karna pergi, datanglah Begawan Wibisana, adik Rahwana, yang sudah berusia lanjut dan ingin segera meninggalkan dunia, kembali ke alam asal. Begawan inipun tidak dilayani oleh Kesawasidi, hingga terjadi pertempuran. Kesawasidi “tiwikrama”, dan sadarlah WIbisana bahwa Kesawasidi adalah titisan Rama, bekas junjungannya dulu. Kesawasidi memberi petunjuk kepada Begawan Wibisana, bagaimana cara agar bisa kembali ke alam asal. Wibisana pamit. Hingga kemudian, dalam perjalanan ke alam asal, ia bertemu sukma Kumbakarna, kakaknya dulu, yang sedang gelisah. Wibisana menasehati Kumbakarna supaya "menyatu" dengan Bima, ksatria Pandawa.

   Sementara itu, Arjuna juga berupaya mendapatkan Makutarama. Dia pergi diam-diam dari istananya dengan menyamar sebagai pendeta. Manakala bersemedi, Arjuna mendapat wangsit untuk menemui Begawan Kesawasidi.
   Arjuna datang menghadap. Kesawasidi tahu bahwa sudah tiba saatnya memberikan Wahyu Makutarama kepada orang yang tepat. Diwedarkannya rahasia bahwa Makutarama bukanlah berwujud benda, tetapi berupa AJARAN LUHUR yang patut dijadikan pedoman dan dilakoni oleh manusia, terutama yang mengemban tugas sebagai pemimpin. Ajaran luhur ini dinamakan ASTA BRATA, yang intinya meneladani sifat-sifat alam dalam menapak jalan kehidupan. Asta Brata ini dulunya diajarkan Rama kepada Wibisana, sepeninggal Rahwana, sebagai bekal bagi Wibisana menjadi raja Alengka menggantikan Rahwana.

   Sepeninggal Arjuna, Bima mencarinya. Dalam pencarian itu, ketemu sukma Kumbakarna, yang kemudian merasuk ke paha kiri Bima. Istri Arjuna, Sumbadra, juga mencari Arjuna. Sumbadra dibantu Betara Narada, dan berubah rupa menjadi ksatria, yang kemudian pergi ke Kutharunnggu menantang perang Arjuna.
Dalam perang tanding itu, Kesawasidi datang. dan “badar” lah semuanya. Kesawasidi kembali ke wujud Kresna, sang ksatria penantang kembali menjadi Sumbadra.

Arjuna mewarisi wahyu Makutarama berupa ajaran Hasta Brata, yang kelak diwariskan kepada puteranya, Abimanyu. Anak Abimanyu, Parikesit, belakangan mewarisi tahta kerajaan Hastina.

      INTI AJARAN HASTA BRATA
   Ajaran Hastabrata pada awalnya merupakan ajaran yang diberikan olah Rama kepada Wibisana. Ajaran tersebut terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, tertuang pada pupuh 27 Pangkur, jumlah bait 35 buah. Pada dua pupuh sebelumnya diuraikan kekalahan Rahwana dan kesedihan Wibisana. Disebutkan, perkelahian antara Rahwana melawan Rama sangat dahsyat. Seluruh kesaktian Rahwana ditumpahkan dalam perkelahian itu, namun tidak dapat menandingi kesaktian Rama. Ia gugur olah panah Gunawijaya yang dilepaskan Rama. Melihat kekalahan kakaknya, Wibisana segera bersujud di kaki jasad kakaknya dan menangis penuh kesedihan.

   Rama menghibur Wibisana dengan memuji keutamaan Rahwana yang dengan gagah berani sebagai seorang raja yang gugur di medan perang bersama balatentaranya, sebagai seorang KSATRIA gagah berani . Oleh Rama, Raden Wibisana diangkat menjadi Raja Alengka menggantikan Rahwana. Rama berpesan agar menjadi raja yang bijaksana mengikuti 8 (delapan) sifat dewa yaitu Indra, Yama, Surya, Bayu, Kuwera, Brama, Candra, dan Baruna. Itulah yang disebut dengan Hasta Brata.
   Prabu Rama menitis kepada Kresna untuk melestarikan Hsta Brata dan menurunkannya kepada Arjuna. Setelah itu, Hasta Brata diturunkan oleh Arjuna kepada Abimanyu dan diteruskan kepada Parikesit yang kemudian menjadi raja, pemimpin bagi rakyatnya.

   Hasta Brata adalah ajaran luhur tentang bagaimana menjadi pemimpin yg baik, pemimpin yg bijaksana. Hasta Brata mengajarkan bagaimana mengayomi rakyat, mensejahterakan rakyat, dan bagaimana memberi rasa adil, tenteram dan damai bagi rakyat. Apakah pemimpin Indonesia nanti layak menerima Wahyu Makutarama dan melaksanakan Hasta Brata dengan baik...????
   Rumput masih bergoyang. Hembusan angin masih sepoi seperti kemarin....
   Namun adakah yg tahu Nusantara diambang ganjing-ganjing akibat syahwat politik...?
   Dan burung-burung pun masih berkicau....
   Menyambut pagi cerah.... secerah harapan semua anak manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.