Para dewa
mengabarkan kepada para insan marcapada, bahwa telah ada MAHKOTA yang diberi
nama Sri Batara Rama. Barangsiapa memiliki mahkota itu, akan menjadi sakti, dan
kelak akan menurunkan raja-raja si Jawa. Karena berkaromah menurunkan
raja-raja, wahyu tersebut kemudian dinamakan
sbg sebagai WAHYU MAKUTARAMA.
Prabu Duryudana
dari Astina mengutus Adipati Karna untuk memperoleh mahkota sekaligus wahyu
tadi. Adipati Karna, dengan diiringi para senapati Kurawa, pergi menemui
Begawan Kesawasidi di pertapaan Kutharunggu, yang diyakininya bahwa sang begawan-lah yg
membawa Wahyu Makutarama.
Kesawasidi mengatakan dia tidak punya
Makutarama. Adipati Karna tidak percaya dan marah, lalu melepaskan panahnya
tanpa berpikir panjang. Beruntung ada Anoman, pendamping Kesawasidi. Panah itu
ditangkap Anoman, kemudian dipersembahkan kepada Kesawasidi. Tapi bukannya
dipuji, Anoman malah ditegur Kesawasid. Karena, tindakan Anoman tsb dapat
dipandang sebagai meragukan kesaktian sang begawan.
Setelah
Karna pergi, datanglah Begawan Wibisana, adik Rahwana, yang sudah berusia
lanjut dan ingin segera meninggalkan dunia, kembali ke alam asal. Begawan
inipun tidak dilayani oleh Kesawasidi, hingga terjadi pertempuran. Kesawasidi
“tiwikrama”, dan sadarlah WIbisana bahwa Kesawasidi adalah titisan Rama, bekas
junjungannya dulu. Kesawasidi memberi petunjuk kepada Begawan Wibisana,
bagaimana cara agar bisa kembali ke alam asal. Wibisana pamit. Hingga kemudian,
dalam perjalanan ke alam asal, ia bertemu sukma Kumbakarna, kakaknya dulu, yang
sedang gelisah. Wibisana menasehati Kumbakarna supaya "menyatu" dengan
Bima, ksatria Pandawa.
Sementara itu,
Arjuna juga berupaya mendapatkan Makutarama. Dia pergi diam-diam dari istananya
dengan menyamar sebagai pendeta. Manakala bersemedi, Arjuna mendapat wangsit untuk
menemui Begawan Kesawasidi.
Arjuna datang
menghadap. Kesawasidi tahu bahwa sudah tiba saatnya memberikan Wahyu Makutarama
kepada orang yang tepat. Diwedarkannya rahasia bahwa Makutarama bukanlah berwujud
benda, tetapi berupa AJARAN LUHUR yang patut dijadikan pedoman dan dilakoni
oleh manusia, terutama yang mengemban tugas sebagai pemimpin. Ajaran luhur ini
dinamakan ASTA BRATA, yang intinya meneladani sifat-sifat alam dalam menapak
jalan kehidupan. Asta Brata ini dulunya diajarkan Rama kepada Wibisana,
sepeninggal Rahwana, sebagai bekal bagi Wibisana menjadi raja Alengka
menggantikan Rahwana.
Sepeninggal Arjuna,
Bima mencarinya. Dalam pencarian itu, ketemu sukma Kumbakarna, yang kemudian
merasuk ke paha kiri Bima. Istri Arjuna, Sumbadra, juga mencari Arjuna.
Sumbadra dibantu Betara Narada, dan berubah rupa menjadi ksatria, yang kemudian
pergi ke Kutharunnggu menantang perang Arjuna.
Dalam perang tanding itu, Kesawasidi datang. dan “badar” lah
semuanya. Kesawasidi kembali ke wujud Kresna, sang ksatria penantang kembali
menjadi Sumbadra.
Arjuna mewarisi wahyu Makutarama berupa ajaran Hasta Brata,
yang kelak diwariskan kepada puteranya, Abimanyu. Anak Abimanyu, Parikesit,
belakangan mewarisi tahta kerajaan Hastina.
INTI AJARAN HASTA
BRATA
Ajaran Hastabrata
pada awalnya merupakan ajaran yang diberikan olah Rama kepada Wibisana. Ajaran
tersebut terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, tertuang pada pupuh 27 Pangkur,
jumlah bait 35 buah. Pada dua pupuh sebelumnya diuraikan kekalahan Rahwana dan
kesedihan Wibisana. Disebutkan, perkelahian antara Rahwana melawan Rama sangat
dahsyat. Seluruh kesaktian Rahwana ditumpahkan dalam perkelahian itu, namun
tidak dapat menandingi kesaktian Rama. Ia gugur olah panah Gunawijaya yang
dilepaskan Rama. Melihat kekalahan kakaknya, Wibisana segera bersujud di kaki
jasad kakaknya dan menangis penuh kesedihan.
Rama menghibur
Wibisana dengan memuji keutamaan Rahwana yang dengan gagah berani sebagai
seorang raja yang gugur di medan perang bersama balatentaranya, sebagai seorang
KSATRIA gagah berani . Oleh Rama, Raden Wibisana diangkat menjadi Raja Alengka
menggantikan Rahwana. Rama berpesan agar menjadi raja yang bijaksana mengikuti 8
(delapan) sifat dewa yaitu Indra, Yama, Surya, Bayu, Kuwera, Brama, Candra, dan
Baruna. Itulah yang disebut dengan Hasta Brata.
Prabu Rama menitis
kepada Kresna untuk melestarikan Hsta Brata dan menurunkannya kepada Arjuna.
Setelah itu, Hasta Brata diturunkan oleh Arjuna kepada Abimanyu dan diteruskan
kepada Parikesit yang kemudian menjadi raja, pemimpin bagi rakyatnya.
Hasta Brata adalah
ajaran luhur tentang bagaimana menjadi pemimpin yg baik, pemimpin yg bijaksana.
Hasta Brata mengajarkan bagaimana mengayomi rakyat, mensejahterakan rakyat, dan
bagaimana memberi rasa adil, tenteram dan damai bagi rakyat. Apakah pemimpin Indonesia
nanti layak menerima Wahyu Makutarama dan melaksanakan Hasta Brata dengan
baik...????
Rumput masih bergoyang.
Hembusan angin masih sepoi seperti kemarin....
Namun adakah yg tahu Nusantara diambang
ganjing-ganjing akibat syahwat politik...?
Dan burung-burung
pun masih berkicau....
Menyambut pagi
cerah.... secerah harapan semua anak manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.