
Samiaji memiliki pusaka
andalan yang disebut KALIMASADA. Sebuah pusaka yang dikatakan sebagai benda tak
berwujud. Berupa pengetahuan nyata yang masuk tidak hanya dalam pikiran, tetapi
juga mencapai jauh ke dalam hati nurani yang terdalam. Ketulusan yang berasal
dari sikap tawadlu pada tingkat pemahaman yang tinggi.
Darah Samiaji
berwarna putih, melambangkan kejujuran dan ketulusan hatinya. Ia sangat sabar, pantang
berbohong, dan tak bisa menolak permintaan orang lain. Berbudi pekerti luhur,
tidak pernah menyimpan dendam. Baginya, MENYIMPAN DENDAM ADALAH PENGHANCURAN
DIRI SENDIRI. Wajib baginya membalas keburukan dengan kebaikan.
Alkisah..., gara-gara
upacara atau sesaji RAJASUYA yang heboh itu, Hastinapura akhirnya tahu bahwa
Pandhawa masih hidup, bahkan berjaya memiliki negara Indraprastha dengan 100
negara jajahan. Duryudana dan para ksatria Hastinapura waktu itu memang
diundang untuk ikut menyaksikan jalannya Sesaji Rajasuya.
Kalau tidak licik,
bukan Sengkuni namanya. Maka, MANUSIA NDERANGUS BUSUK ini mencari sebuah cara untuk menghancurkan
dan mempermalukan Samiaji beserta adik2nya. Dibuatlah sebuah UNDANGAN BERMAIN
DADU. Undangan bermakna POLITIK PENGHANCURAN itupun dikirim ke Indraprasta.
Arya Widura, paman
Pandhawa, memperingatkan Samiaji agar jangan memenuhi undangan itu. Sang paman
sudah mencium akal bulus dan niat licik Sengkuni. Bima dan Arjuna juga tidak
setuju dan mengamini saran Widura. Namun, dasar Samiaji adalah MANUSIA POLOS,
ia tak pernah berprasangka buruk. Ia ngotot harus memenuhi undangan itu.
Alasanya, tak elok menampik undangan dari Raja Hastinapura, Drestarata, yg juga
masih pamannya sendiri, yang seharusnya sudah menjadi pengganti ayah bagi
mereka. Selain itu, ada Paman Bhisma, Widura dan Guru Drona yang pasti tak
tinggal diam bila melihat kejahatan. Hingga akhirnya, seperti biasa, adik-adik
Pandhawa menurut pada kemauan sang kakak.
Pergilah kelima Pandhawa beserta isterinya yang jelita, Drupadi, ke
Hastinapura.
Sampai di
Hastinapura, permainan dadu (saat itu dianggap merupakan permainan para kaum
ksatria) pun digelar. Samiaji bermain melawan Duryudhana yang diwakili oleh Sengkuni.
Awalnya, taruhannya kecil-kecilan, Samiaji
diberi kemenangan. Hatinya pun gembira, hasrat berjudinya semakin besar.
Taruhan pun semakin besar dan besar. Satu demi satu Samiaji harus melepas
miliknya karena menelan kekalahan.
Samiaji telat
menyadari bahwa permainan dadu itu sudah di setting Sengkuni. Mata dadu terbuat
dari tulang-tulang ayah Sangkuni sendiri sehingga menuruti apapun kehendaknya.
Maka, Samiaji sudah terjatuh dalam perangkap dan dia tak bisa keluar lagi. Ia
sudah tak bisa dicegah lagi. Setiap mau berhenti, Sengkuni mengompori, mengejeknya
dan hati Samiaji goyah, kemudian terus bermain. Samiaji tak pernah menyadari
bila ia tengah berhadapan SERIGALA BERBULU DOMBA, ular berbisa yg berniat
membinasakannya.
Maka memang
demikianlah..., orang yg sangat jujur akan mudah dimanfaatkan. Orang yg sangat
jujur akan mudah dijerumuskan. Tapi percayalah..., pada akhirnya KEBENARAN AKAN
MENUNJUKKAN JALANNYA.
Akibat kalah dalam
permainan dadu yg penuh tipu daya dan muslihat licik Sengkuni itu, tahta kerajaan
Samiaji yang dibangun dengan susah payah jatuh ke tangan Duryudhana. Bahkan kemudian,
adiknya satu persatu dipertaruhkan. Nakula, Sadewa, Arjuna, Bhima dan dirinya
sendiri. Byarr, dan semuanya kalah. Tahta hilang, kerajaan berpindah tangan dan
mereka MENJADI BUDAK, kasta yang hina!
Samiaji yang baik
hati, suka menolong, penyabar, tak mendendam dan selalu mengamalkan ajaran
luhur itu pun akhirnya harus merintih, menangis, terpuruk dan menanggung malu yg
demikian dalam. Ia harus menyaksikan kerajaan dan tahtanya musnah, adik-adik
dan dirinya menjadi orang miskin papa, tanpa derajat pangkat.
Sahabat...
Mungkin... tidak
akan pernah ada orang bilang bila dunia politik adalah kumpulan orang-orang
jujur? Dan mungkin pula, tak akan ada yang bilang para politisi itu
"bisa" jujur. Meskipun partai ini-itu selalu berkoar-koar tentang
kejujuran dan keadilan, toh sampai saat ini belum ada satupun politisi yang
benar-benar jujur. Tapi apapun itu..., mudah2an politik menjelang pilpres kali
ini menuju pada kebaikan dan kemaslahatan umat.
Bos BUKALAPAK,
Achmad Zacky, mungkin BERUSAHA JUJUR kepada dirinya sendiri. Dalam tweet-nya ia
menyebut PRESIDEN BARU. Dalam politik, kejujuran berujung pada keberpihakan.
Masalahnya, bukan kemana ia berpihak, tapi yg tersulut adalah ETIKA YANG
TERKOYAK.
Setelah Jokowi
meng-endorse-nya, dimana dia hadir pada perayaan ultah Bukalapak, dimana pula sang
presiden seolah menjadi bintang iklannya. Maka wajar bila sang big bos Bukalapak
disebut telah kehilangan TATAKRAMA, air susu dibalas dengan air tuba.
Jika disana para
cebong tesinggung dan marah...memboikot Bukalapak..., maka di sebelah sana para
kampret bersorak-sorai karena mendapat wadyabala baru, wajah baru yg kuat dan
kaya. Demikianlah politik.
Ya demikianlah.
Rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.