Minggu, 11 Desember 2011

BAHAGIA DAN TIDAK BAHAGIA... APAKAH ITU COBAAN?



   Siang itu….
   Aku melihatnya seperti kemarin-kemarin….
   Memakai baju koko kuning… yang warna asilnya adalah putih.
   Sarungnya kotak-kotak hijau. Di bagian belakang-bawahnya ada jahitan tangan.
   Tapi kini jahitan itu bertambah lebar dan bertambah jumlah.
   Aku melihatnya dengan penuh kagum….
   Akan kesetiannya pada Tuhan-nya.

   Tepat jam satu aku biasa melihatnya lagi….
   Nongkrong  di atas becak, menunggu penumpang.
   Tidak lagi pakai baju koko kuning dan sarung kotak-kotak hijau…
   Dia memakai kaos  merah kumal yang sudah robek-robek di bagian punggung.
   Celana kolor hitam yang tampaknya itu-itu saja yang ia pakai…..

   “Siang, Pak Bejo…,” sapaku ramah. “Bagaimana kabarnya, Pak…?”
   “Alhamdulillah… baik,” jawabnya tak kalah ramah. “Ramai Dik tokonya?”
   “Alhamdulillah… ramai, Pak.”
   Pak Bejo tersenyum. Tapi senyum itu segera hilang.  Seperti kemarin-kemarin… ada kelelahan yang terpancar dari sinar matanya.  Pun di balik keriput wajahnya tersirat duka.
  
“Pak Bejo sakit?”
   “Tidak, Dik. Aku hanya merasa keadaan diriku terlalu jauh bila dibanding denganmu.”
   “Loh… jauh gimana, Pak?”
   “Semakin hari tampaknya hidupmu semakin menyenangkan. Hidup terasa  begitu mudah bagimu…,” ungkap Pak Bejo, menatapku dalam-dalam.
   “Ah, Pak Bejo bisa saja…,” sahutku tersipu. “Sama seperti Pak Bejo, saya juga umat yang sedang menjalankan amanat….”
  
   Pak Bejo terdiam beberapa lama.
   “Bapak belum makan…? Mari makan siang bersama saya…,” ajakku bukan basa-basi.
   Pak Bejo menggeleng. “Terimakasih, Dik…”
   “Bapak butuh uang…? Keluarga Bapak ada yang sakit…?”
   “O… tidak, Dik. Terimakasih kamu mau memperhatikan aku.”
   “Lalu kenapa Bapak nampak begitu sedih?”
   “Aku sudah menjalankan semua perintah Tuhan. Aku berdoa siang-malam…. Aku bersujud seperti tak mengenal waktu…. Tapi kenapa hidupku masih begini-begini saja…?” ungkap Pak Bejo menerawang.
   “Sabar ya, Pak…,” sahutku.
   “Berkali-kali aku tanyakan hal ini kepada Ustadz. Kata Ustadz… aku harus sabar dan tawakal. Aku sedang diuji. Dan…. Tuhan pasti tahu apa yang terbaik untukku…”
   Aku terhenyak.
   “Pak Bejo bahagia dalam keadaan yang seperti ini…?” tanyaku kemudian.
   “Kalau kujawab BAHAGIA, itu munafik namanya. Kalau kujawab TIDAK BAHAGIA,  berarti aku tidak punya SABAR , IKHLAS, dan SYUKUR….”
   “Hehehe….,” aku mencoba membuat Pak Bejo tersenyum.  “Mungkin Tuhan menginginkan Bapak untuk lebih sabar lagi. Lebih ikhlas lagi. Lebih syukur lagi….”
   Pak Bejo malah tercenung.
   Tatapan matanya kosong.
   Wajahnya  yang tua semakin tampak tua….

 
    Siang ini….
   Aku melihatnya seperti kemarin-kemarin….
   Memakai baju koko kuning… yang warna asilnya adalah putih.
   Sarungnya kotak-kotak hijau. Di bagian belakang-bawahnya ada jahitan tangan.
   Tapi kini jahitan itu bertambah lebar dan bertambah jumlah.
   Aku melihatnya dengan penuh kagum….
   Akan kesetiannya pada Tuhan-nya.

   Tapi kini ada tanda tanya besar dalam benakku…
   Kenapa Tuhan tak juga mau datang saat Pak Tua itu begitu membutuhkan…???
   Benarkah Tuhan sedang MENCOBA-nya?
   Ah, ada-ada saja….!
   Tuhan kok mencoba…..???
   Apa perlunya..???!!!

  
   By: Susilo Pranowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.