Amir adalah seekor KATAK. Senang rasa hatinya saat ini karena ia telah telah terbebas dari TEMPURUNG yang memenjarakannya. Ia melompat-lompat dengan sangat gembiranya. Tapi lompatannya segera tehenti manakala melihat Tugimin , yang juga seekor katak.
“Hai kawan…, sungguh kau melompat amat tinggi…,” kata Amir heran. “Apakah engkau punya imu khsusus… sehingga engkau bisa melompat begitu tinggi?”
“Tentu tidak…,” jawab Tugimin. “aku tidak punya ilmu apa-apa.”
“Ah, masa? Usia kita.., besar tubuh kita…, aku kira sama. Tapi kenapa lompatanmu jauh lebih tinggi dariku?”
“Tidak ada yang istimewa dalanm diriku, Sobat. Coba kau temui semua bangsa katak. Tentu engkau akan tahu bahwa lompatanku adalah sesuatu yang wajar…, tanpa rekayasa…!”
Amir pun berlalu meninggalkan Tugimin. Ia perhatikan semua lompatan katak di sekitarnya. Ternyata mereka semua memang mampu melompat jauh lebih tinggi darinya.
Sampai akhirnya, Amir berpikir… , “Aku telah hidup sekian lama dalam tempurung. Mungkin tempurung itulah yang membuat LOMPATANKU TIDAK BISA TINGGI seperti KATAK YANG NORMAL…
Sahabat, bila kita cermati cerita di atas…, berapa banyak manusia yang tidak menyadari bila hidupnya tak lebih baik dari KATAK DALAM TEMPURUNG. Ego yang berujung fanatisme adalah PENJARA BAGI PIKIRAN. Faham sempit sekuler adalah BUNGKUS SEMU YANG MENGISOLASI PENGETAHUAN BARU.
Fahamilah… bahwa HIDUP TERUS BERJALAN.
HIDUP PERLU PERUBAHAN.
MAKA, JANGAN JADI KATAK DALAM TEMPURUNG.
By: Susilo Pranowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.