Sabtu, 10 Desember 2011

Menanggapi isu maraknya korupsi di kementerian agama, seorang wartawan menyempatkan diri mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut kepada tokoh LSM.
Wartawan : Bagaimana komentara anda tentang maraknya korupsi di kementerian agama?
Si Polan : Biasa saja. Dari atas sampai ke bawah. Dari depan sampai belakang. Dari yg sudah lulus sekolah sampai yang masih sekolah.
Wartawan : Maksutnya?
Si Polan : Ya memang begitu. Sekolah dan pesantren juga tidak luput dari perilaku ghulul (korupsi –red). Kalau ada bantuan nih ya, musti setor infaq dulu 10%?
Wartawan : Ah? Yang bener? Masak segitunya?
Si Polan : kalau di sekolah, praktik korupsi dilakukan guru dengan modus meminta sumbangan kepada orang tua murid dengan dalih bermacam-macam, kelihatannya ringan tapi sistemik. Korupsi yang dilakukan di sekolah dan pondok pesentran, sebagian disetor ke dinas. Dari dinas sebagian di setor ke kepala daerah. Kemudian dari kepala daerah sebagian disetor partai politik.
Wartawan : wah..wah..wah, kementerian agama kan mestinya tahu ajaran agama. Kok masih melakukan korupsi sih?
Si Polan : Pernah juga saya tanya begitu. Jawabnya, justeru karena paham ajaran agama, kami lebih tahu caranya bertobat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.