Siang itu Bendol mengajakku menengok Amir yang DITAHAN polisi karena kasus NARKOBA. Amir, aku, dan Bendol adalah TEMAN KARIB sejak anak-anak. Jadi, aku tahu benar tabiat kedua temanku itu. Bendol adalah seorang figur sahabat yang BAIK HATI dan sangat OPTIMIS memandang hidup. Sementara, Amir juga tak kalah baik hatinya. Ia berasal dari kelurga yang AGAMIS. Hanya sayang, akhir-akhir ini ia sering terkena MASALAH. Terakhir kudengar USAHANYA KACAU, lalu bahtera RUMAH TANGGANYA TERHANTAM BADAI, hingga kini terpaksa ia mendekam di HOTEL PRODEO karena SABU-SABU.
“Aku KASIHAN melihat nasib Amir…,” kataku saat aku dan Bendol sudah meluncur pulang.
“Amir sedang NGUNDUH WOHING PAKARTI,” sahut bendol. “Ada baiknya dia mendekam di penjara. Dia memang harus menebus KARMA BURUK-nya.”
“Kenapa ada KARMA BURUK? Bukankah manusia hanya sebagai OBYEK PENDERITA? Bukankah BIANG KEROK semua ini adalah SETAN?”
Bendol tersenyum tipis. “Setan itu tidak ada. Tapi kalau memang setan itu ada, maka justru SETAN-lah yang dijadikan KAMBING HITAM manakala MANUSIA tidak mampu MENGENDALIKAN HAWA NAFSU-nya.”
“Kenapa GODAAN SETAN BEGITU HEBAT yah…?”
“Lalu…?” tanyaku tak mengerti.
“Itulah kenapa MANUSIA SERING KALAH BERPERANG MELAWAN SETAN, karena setan bisa dengan jelas melihat MANUSIA. Setan mampu menyerang manusia dari kanan, kiri, depan dan belakang. MANUSIA tak bisa MELIHAT sepak-terjang setan. Manusia mudah terkalahkan karena pertarungan memang TAK SEIMBANG. Invisible melawan visible. Yang visible tentu mudah KO. “
“Agar PERTARUNGAN menjadi ADIL DAN SEIMBANG bagaimana caranya?” aku makin tertarik mendengar URAIAN LOGIS Bendol.
“Caranya gampang saja,” jawab Bendol singkat. Ia mematikan AC mobil. Lalu menyalakan sebatang rokok.
Aku menunggu beberapa lama, tapi Bendol tak juga melanjutkan pembicaraan. “Gimana. Ndol? Cara gampang yang bagaimana…?” tanyaku tak sabar.
“Ya, jadikan pertarungan itu menjadi INVISIBLE MELAWAN INVISIBLE.”
Aku mengangguk bloon.
“Jika pertarungan sudah demikian, maka manusia bisa PUNYA PELUANG UNTUK MENANG,” lanjut Bendol , mengisap rokoknya dalam-dalam.
“FAKTOR SULIT-nya adalah bagaimana cara MANUSIA agar punya KEKUATAN INVISIBLE itu…,” aku garuk-garuk kepala.
“Itu juga gampang…,” sergah Bendol enteng.
“Ah, masa?”
“Energi invisible MANUSIA yang bisa digunakan untuk MELAWAN energi invisible SETAN adalah…. Ehm, banyak sekali….”
“Contohnya apa?”
“Contohnya? Hehehe…. Masa gak tahu?”
“Jangan bikin aku penasaran dong….”
“Kamu pasti SUDAH TAHU, hanya KURANG MENYADARINYA saja.”
“Apa itu?”
“Kekuatan invisible manusia itu adalah DOA, RASA SYUKUR, KESABARAN, KEJUJURAN, HATI YANG BERSIH DAN PENUH CINTA KASIH, SELALU BERPIKIR POSITIF. Coba kamu sebutkan yang lainnya….”
“SHOLAT, DZIKIR, PUASA, ZAKAT DAN SEDEKAH….”
“Betul! Tuh ternyata otakmu encer juga kan? Hehehe….”
Tiba-tiba Bendol menghentikan laju mobilnya di depan sebuah warung.
“Kebanyakan ngomong jadi lapar,” katanya.
“Benar juga, “ timpalku. “Kali ini aku yang traktir yah!”
“Memang itu mauku! Jangan lupa nanti NASI BEBEK-nya dibungkus 4. PECEL LELE-nya juga 4…. Buat yang di rumah. Hehehe….”
“Semprul kau!”
“Gak pakai semprul… Sambalnya disisihkan saja. Hehehe….
Dan.., kami pun makan sekenyangnya. Sayang…, Amir tak bisa ikut menikmati NASI BEBEK atau PECEL LELE. Sayang…, Amir telah KALAH BERTARUNG MELAWAN SETAN.
By: Susilo Pranowo