Pada suatu siang seorang lelaki datang ke rumah saya, yang sebenarnya juga tempat kerja saya. Badan lelaki itu tegap dan tampak sehat. Namun ada yang aneh di sorot matanya. Sebut saja ia bernama Azis. Ia adalah mantan karyawan saya.
“Aku sudah bosan dengan hidupku yang begini-begini saja. Aku ingin membuka usaha sendiri,” kata Aziz serius.
“Di bidang apa?” tanyaku.
Lalu Azis mencontohkan teman-temannya yang telah SUKSES membuka usaha perakitan dan kontruksi aluminium. Tapi anehnya, ia juga menceritakan banyak USAHA SEJENIS yang mengalami KEBANGKRUTAN. Hal itulah yang membuat Azis jadi MERAGU.
Cerita temanku itu terhenti manakala ibu saya datang membawa baki berisi kopi dalam teko dan beberapa buah gelas. Kopi itu sebenarnya untuk suguhan tukang-tukang aluminium saya. Tapi kemudian, saya mempersilakan Aziz untuk turut menikmatinya.
Kebetulan gelas-gelas yang ada di atas baki tidak ada yang sama. Azis mengambil gelas yang tampak paling bagus, lalu menuangkan kopi ke dalam gelas itu. Sementara, aku sengaja mengambil gelas yang tampak paling buruk, kemudian menuangkan ke dalamnya kopi yang sama.
Setelah sama-sama menikmati kopi panas, saya berkata, “Siang ini kita telah menikmati kopi yang enak. Tapi kamu menikmati kopi dari gelas yang BAGUS, sementara saya menikmati kopi dari gelas yang BURUK. Kira-kira menurut pendapatmu, apakah RASANYA jadi BERBEDA…?
“Tentu saja tidak karena kopinya berasal dari dalam teko yang sama,” jawab Azis tegas.
“Kamu tahu ada FALSAFAH apa dari kedua gelas kita ini?”
Azis terdiam. Tampak beripikir, tapi tak segera keluar jawaban dari mulutnya.
“Ketahuilah…,” kataku kemudian, “Kamu cenderung melihat hidup ini seperti GELAS yang kamu PILIH. Pekerjaan, kedudukan, pangkat, ataupun jabatan… hanyalah gelas. Tapi tahukah kamu bahwa yang harus kita nikmati adalah BUKAN GELASNYA…, tapi adalah KOPINYA.”
“Maksudnya?” tanya Azis tak mengerti.
“Jangan lagi memilih-milih gelas, jangan pula pandangi gelas orang lain. Nikmati saja isinya.”
“Maksudnya?” Azis masih juga tak mengerti.
“Jadi KARYAWAN atau PENGUSAHA itu ibarat gelas. Sementara, kopinya adalah KUALITAS DIRI KITA. Jadi , mari kita nikmati kualitas diri kita masing-masing. Tak perlu NGOYO, karena sesuatu yang dipaksakan pasti tidak akan baik hasilnya. Namun juga perlu disadari…, marilah kita selalu berusaha TERUS MENINGKATKAN KUALITAS DIRI KITA… karena memang kualitas diri kitalah yang akan KITA NIKMATI, bukan KUALITAS DIRI ORANG LAIN.”
By: Susilo Pranowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN BERKOMENTAR SESUKA HATI. NAMUN APAPUN ITU ADALAH CERMINAN DIRI ANDA.